Posts

Showing posts with the label Sketsa

PERUBAHAN; renungan tentang sekeping Australia

Image
Walau tidak di pantai, suatu pagi aku merasa santai. Istri di kampus, anak di sekolah, pekerjaan daring sedang tidak mengejar-ngejar, kudapati diriku teronggok di pojok fitness lapangan rumput bernama Bruce Lee. Seorang lelaki misterius sedang melakukan meditasi sambil berjalan keliling lapangan tanpa peduli situasi, kadang tersenyum-senyum atau bicara sendiri. Setelah mengucek-ucek mataku memastikan kakinya menyentuh tanah, kemudian aku melamun sambil bersila dan bergaya melakukan gerakan-gerakan yoga. Sebelumnya aku mengantar anakku ke sekolah. Kami tinggal di Beaconsfield, sekolahnya ada di Hilton, 15 – 20 menit bersepeda. Setelah melepasnya di gerbang sekolah, aku memutuskan untuk tidak langsung pulang. Aku berkeliling-keliling dulu melihat perkembangan kenyataan sekaligus menjaga kebugaran. Rumah kontrakan kami terakhir di L Place, Hilton 5 tahunan lalu masih sama. Bekas lemparan telor mentah di pintu garasi yang dulu jadi studioku masih ada bekasnya sedikit. Taman Grigg persis di...

Dari ‘muslim KTP’ ke pengikut Yesus. Sebuah perjalanan pribadi dan perubahan masyarakat.

Image
Pembaptisan Sri Sulastri di Gereja Santo Paulus Miki, Salatiga, pertengahan '70an. Ibuku tumbuh sebagai 'muslim KTP', dibesarkan oleh keluarga 'muslim KTP'. Tetangga depan rumah, belakang rumah, samping rumah juga 'muslim KTP'. Juga tetangga di belakang rumah dari tetangga depan rumah dan seterusnya. Begitulah ... Itu jaman tahun '40an sampai sebelum Geger Gestok / pembantaian massal oleh tentara, nasionalis kanan dan kaum agamis terhadap rakyat komunis Indonesia ditahun-tahun 1965/66. Jaman itu mayoritas penduduk desa, sebutlah Ketan Srundeng, adalah 'muslim KTP'; muslim tapi tidak menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan agamanya. Apa yang dijalankan? Ya hidup biasa saja sebagai rakyat jelata desa dengan 'daily routine' umum mereka. Tidak juga berkubang dalam lembah kemaksiatan, atau menjadi budak setan. Kalau berkubang dalam lembah kemiskinan sih iya. Ada sejumlah kecil penduduk yang muslim sungguhan. Mereka ini disebut 'santr...

BERAGAMA YANG BAGAIMANA?

Image
Lokakarya teater rakyat, desa J, kab. K Jawa Tengah awal '90an. Kemarin Uskup Desmond Tutu; pemuka gereja Katolik Afrika Selatan wafat. Beliau sangat dihormati secara nasional dan internasional karena dedikasi perjuangannya melawan sistim diskriminasi rasial yang kejam di negara Afrika Selatan, di mana minoritas kulit putih mendominasi mayoritas kulit hitam. Setelah sistim apartheid dihapuskan (walau jurang kaya-miskin dan ketidakadilan sosial berbasis ras masih kuat di Afrika Selatan), sampai akhir hayatnya Uskup Desmond terus berjuang mengkampanyekan keadilan sosial, hak asasi dan perdamaian di tingkat global. Kadang aku berpikir, jika Uskup Desmond Tutu berkulit putih apakah beliau akan melakukan hal yang sama? Jika Desmond Tutu berkulit putih dan bukan katolik apakah akan melakukan hal yang sama? Jika Desmond Tutu berkulit hitam, bukan klerik dan bukan rakyat jelata apakah akan melakukan hal yang sama? Apakah sumber inspirasi perjuangannya adalah kekatolikannya? Atau kekulit-hi...

EMAS, KEMENYAN, MER

Image
Masacre of Innosences, Peter Paul Rubens, 1611 - 1612 Bulan Desember tak hanya bulan hujan. Bagiku yang dibesarkan secara Katulik dalam keluarga Katulik saleh, Desember secara tradisional juga bulan Natal. Sebuah bulan yang sempurna, seperti bulan Agustus dan Sura. Sebuah bulan yang dingin di luar, hangat di dalam. Keluarga berkumpul menunda acara-acara bepergian sebab hujan, bakso panas Lik Suta atau ubi goreng tepung, pohon natal di pojok ruang tamu, latihan drama untuk natalan sekolah, sukacita menyongsong kelahiran bayi Yesus, kapal-kapal kertas mengambang di pekarangan yang tergenang, bermain mata dengan cewek idaman di aula sekolah sambil menunggu hujan reda, lagu ‘I Saw Mommy Kissing Santa Clause’ mengalun dari Sharp radio tape, bahkan ketika kehujanan paling hujan sekalipun selalu ada yang terasa nikmat, yaitu sesuatu hangat di dalam hati, kehangat bulan Desember. Dan puncaknya tentu saja misa Natal di gereja Paulus Miki Salatiga. Ini kenangan-kenangan masa kecilku yang menjadi...

Dari Roebinem, Lewat Salatiga, ke Van Halen

Image
Disaat Kubu Cukong menaikkan serangan keserakahannya dengan secara pengecut nista memanfaatkan situasi pandemi mengesahkan UU Omnibus Law atau UU Pro Cukong yang mengancam kepentingan rakyat banyak dan lingkungan hidup ... Kabar duka datang; Eddie Van Halen meninggal. Aku bukan fans berat band Van Halen, tapi di akhir SMP - tahun 1984an, aku sangat suka dengan lagu 'Jump' yang enerjik dengan intro keyboard monumental dan dianggap sebagai salah satu lagu yang membentuk rock n roll itu. Di kamarku juga ada posternya. Beli di kaki lima Jendral Sudirman, murah, waktu masih banyak hal indah di Salatiga. Yang paling kuingat dari poster itu adalah Eddie Van Halen dengan senyum lebar keramahan yang menjadi ciri khasnya. Tentu plus desain gitarnya. Kemudian aku memperdalam Pink Floyd sambil makin kenal dengan blues. Katanya, Eet Sjahranie adalah salah satu murid di pusat kursus gitar Eddie Van Halen. Dia sedang naik daun sebagai gitaris God Bless dan dianggap sebagai salah satu gitaris ...

SUGARMAN; Musisi Yang Tak Tahu Kalau Terkenal

Image
Di suatu hari musim panas subtropis - tahun 2014 kukira, aku berdiri mematung secara canggung di salah satu arkadia pusat kota pelabuhan Fremantle sambil menghembuskan asap tembakau lintingan murah dengan digelayuti rasa senewen oleh kegagalanku untuk pandai berbahasa Inggris, untuk sukses secara profesi dan keterkenalan, intinya untuk menjadi diri sendiri. Aku sedang beristirahat dari pekerjaanku membuat cetakan kerajinan tanah liat di sebuah toko yang menjual aneka kerajinan, barang eksotik dan krim perawatan kulit organik milik seorang imigran dari eks Cekoslovakia yang bapaknya berteman baik dengan Vaclav Havel, demi upah barang 15 dolar per jam. Tak banyak orang lalu-lalang. Satu dua lewat secara bergegas individualistik. Bau dupa yang menyelinap di tengah realita negeri industri maju membikin suasana jadi agak surealis. Dari dalam toko yang sekaligus bengkel kerja terdengar alunan musik yang belum pernah kudengar sebelumnya dan langsung merenggut telingaku. Sambil terus mengi...

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

Image
Deep Purple Mark II, 1969 - 1973, 1984 - 1989, 1992 - 1993.  Kalau seorang penggemar music pop genre cinta gombal mukiyo di Ivory Coast ditanya tentang grup band cinta gombal mukiyo yang hebat, belum tentu dia akan menjawab ST12. Tapi kalau seorang penggemar music hard rock di Tuvalu… atau dimana saja, ditanya tentang salah satu grup band hard rock tingkat legend, ada kemungkinan sangat besar mereka akan menjawab Deep Purple. Ya, group dari Ingris ini termasuk pada barisan pionir kaum rocker yang ingin (jauh) lebih keras dari (sekedar) rock, dan sukses baik musical maupun komersial. Bersama Led Zeppelin dan Black Sabbath, khalayak rock mania 70an menjuluki 3 super grup ini sebagai ‘unholly trinity’ yang menciptakan hard rock dan membangun pondasi metal. Led Zeppelin memang agak lebih perkasa ...

THERE IS NO JUSTICE WHILE IMPUNITY REMAINS

Image
Ini tulisan istriku yang termuat dalam buklet pameran senirupaku 'THEY KILLED THEM' - tentang pembantaian terhadap kaum komunis di Indonesia tahun 1965. Pameran ini terselenggara awal tahun 2015 bertempat di Moors Building Contemporary Art Gallery Fremantle Western Australia. Semoga bisa segera kuterjemahkan. Dan aku sudah bilang ini sejak awal tahun 2015. Jadi sudah setahun belum kuterjemahkan. Nearly fifty years after the mass violence of 1965-66 - the killings and torture of more than a million people and the illegal detention of perhaps a million more people for 10 and more years - those responsible for these crimes against humanity have never been held accountable. These acts of mass murder and the systematic mass violence carried out against communists and left-wing sympathizers in Indonesia in 1965-66 facilitated the rise of the 32-year Suharto dictatorship. This brutal regime imposed an enforced silence over the true nature of the mass violence from the outset. Thi...

KEEP DANCING WIE ... (kenangan terindah)

Image
David Bowie, 8 Januari 1947 - 10 Januari 2016 Aku sekedar kenal kerbau saja dengan David Bowie, bukan fans apalagi teman seperjuangan. Yang mengenalkan kami, tentu saja, majalah remaja Hai, itu awal 80an. Dari guyuran nomer-nomer top hits sepanjang 1983, yang menyangkut di telinga remaja SMPku tak banyak. Beberapa diantaranya adalah Africa (Toto), You Can’t Hurry Love (Phil Collins), Billie Jean dan Beat It (Michael Jacson), Mr. Roboto (Styx), Flash Dance … What A Feeling (Irene Cara), Every Breath You Take (The Police), True (Spandau Ballet), All Night Long (Lionel Ritchie).

SUATU SISTIM BERNAMA SETYO NOVANTO

Image
Pada sistim yang senantiasa memunculkan monster rakus sangat berkuasa semacam Setyo Novanto Papa Minta Saham, ironisnya kita juga senantiasa berharap, bahkan meratap, akan munculnya ksatria. Ya, ini sistim yang punya kemampuan melahirkan kebangsatan dan sekaligus kemanusiaan. Kelemahan sistim ini adalah; kebangsatan punya apa saja yang dibutuhkan untuk berkuasa. Terutama adalah kualitas kebangsatan itu sendiri. Sedang kemanusiaan sepanjang jaman terseok-seok karena hubungan kuasa-menguasai bertentangan dengan hakekat sifatnya. Dan jaman pun bergerak terus makin maju, termasuk ilmu kebangsatan, meninggalkan ilmu kemanusiaan yang kebingungan, seakan tidak kompatibel dengan 'tuntutan jaman' yang digerakkan oleh kekuasaan.

BERBEDA-BEDA TAPI SAMA SAJA

Image
Warna Sari Jajanan Moderen Dalam Msyarakat Tradisional Beberapa hari lalu saya menemukan suatu pemikiran cukup menarik di internet, yang mengetengahkan pertanyaan : kenapa kita lebih menekankan pada perbedaan? Kenapa kita lebih terobsesi dengan hal-hal perbedaan? Yang satu bersemboyan : perbedaan itu indah. Yang satunya berslogan : kamu berbeda maka kamu laknat. Bertolak-belakang, namun kedua-duanya sama-sama fokus pada perbedaan. Banyak hal indah sungguh-sungguh muncul dari penganut indahnya perbedaan. Tapi menurut saya lebih banyak lagi hal luar biasa tidak bermutu muncul dari aliran laknat-melaknat lantaran beda. Mulai dari luar biasa bodohnya - setidaknya naif, hingga luar biasa sadis-barbarnya. Saya cenderung lebih percaya bahwa titik tolak hubungan antar manusia yang lebih asyik adalah : persamaan. Inilah sebabnya kenapa saya berhubungan dengan manusia lain. Karena sama-sama manusia. Saya ingat sekali pada suatu hari delapan tahunan lalu mendapat peluang emas untuk kenal ...

KAMPUNGNYA UNYIL

Image
Mengelu-elukan Super Hero. Didot Klasta 10 Nopember adalah hari pahlawan, dan pada hari pahlawan ini kabar-kabar berseliweran bahwa Sarwo Edi Wibowo akan dipahlawankan. Kok bisa? Mungkin sebab komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (Kopassus tempo dulu) ini patriot pembela bangsa dan negara. Ya, ada kudengar konon dia mengatakan pada Lik Permadi 'penyambung lidah Sukarno' (Sukarno sendiri adalah 'penyambung lidah rakyat', jadi bayangkan ....) bahwa 50 tahunan lalu 3 juta komunis dibunuh atas perintahnya. Ada kubaca pembasmian ini sebab komunis mengancam keselamatan bangsa dan negara lewat pemberontakan khianat sangat jahat bernama 'G-30-S/PKI'.

KEAJAIBAN DUNIA BERNAMA MINUMAN KERAS (kenangan terindah)

Image
Peminum Berat Kehidupan, DidotKlasta 2015 Boleh dikata hanya ada dua liburan sekolah masa kecilku yang paling mengesankan dibanding total semua liburan sekolahku mulai dari SD sampai SMA. Pertama adalah liburan kenaikan kelas dari kelas 2 naik ke kelas 3 SMP (Negeri 1 Salatiga, boleh dikata secara umum merupakan pangkalannya anak-anak paling pandai di kota ini). Mengesankan sebab pada liburan inilah untuk pertama kalinya aku tersayat sembilu cinta monyet yang meraja tak berkesudahan pada seorang dara T dari kota S 50an kilo dari kota kecilku tercinta Salatiga. Ceritanya dia berlibur ke rumah tantenya, Y - istri seorang pelaut jarang pulang, persis di belakang rumahku. Kita semua pasti tak asinglah dengan proses kimiawinya … Sekian kali berpapasan, bertemu pandang, caranya menyuapi keponakannya yang menarik hati, bando dan blues merah berenda putih yang tak lekang waktu, langkah kaki ‘putri solo’nya yang serasa tak menyentuh tanah, pesona anggukan halusnya padaku saat melintas sampi...

PUPUTAN KABUDAYAN (naskah pidato)

Image
Tulisan ini adalah naskah pidato yang dipesan adik saya dan teman-temannya untuk perayaan kelahiran sanggar seni tari berbasis komunitas SANGGAR TIRTA di desa Tirto dekat Parangtritis kab. Bantul DIY, dulu awal 2000an pas mereka masih jadi mahasiswa gress di ISI Jogjakarta jurusan tari. Seingatku, Ibu juga membikin naskah untuk pidato yang sama. Aku lupa apakah kami bikin sendiri-sendiri, ataukah kolaborasi. Kalau bikin sendiri-sendiri maka aku juga lupa pidato mana yang dipakai. Semoga yang ini :) sorry Mami, you're the best forever. Bung Karno, proklamator kemerdekaan Indonesia sedang berpidato. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Kakakku, Adikku, Sodara-sodaraku terkasih sebangsa setanah air warga pedukuhan. Sugeng Ndalu. Salam Sejahtera. Merdeka ! Puja-puji dan ucapan syukur kita panjatkan ke hadapan Tuhan, atas segala berkat, rahmat, dan kuasaNya yang telah mengayomi dan meridhoi keindahan malam ini. Di mana kita dapat berkumpul, berba...

ALI, HIKAYAT 'PREMAN' YANG MASUK SORGA (kenangan terindah)

Image
Sebagian anak-anak Rumah Bambu Mungkin karena makin merasa tua, kesepian dan hidup hampa tiada arti, bersama sejumlah teman mahasiswa sebuah universitas di Salatiga aku menginisiasi kegiatan belajar luar sekolah bagi anak-anak rakyat jelata di sekitar kampungku Jagalan, itu awal 2000an. Inisiatif ini disambut sangat antusias oleh anak-anak dan orang tua mereka. Sebab gratisan? Menyimpulkan ‘gratisan’ sebagai kunci animo rakyat adalah penyederhanaan ceroboh dan menghina. Beberapa orang tua bahkan menemuiku untuk menanyakan tentang uang yang bisa mereka kontribusikan dengan alasan kegiatan seperti ini tentu perlu biaya. Mungkin saja keinginan untuk bisa mengakses sebuah media belajar yang ‘dekat’ dengan kehidupan mereka, bahkan bagian organik dari keseharian mereka, adalah dorongan yang bisa jadi lebih utama. Mungkin ini sekedar bukti tentang menariknya ‘belajar’ dan tidak menariknya ‘sekolah’, serta fakta kurangnya media belajar luar sekolah yang terjangkau. ‘Terjangkau’ dalam sega...

SEBATANG POHON [pengantar pameran seni rupa]

Tulisan pengantar untuk pameran senirupa dalam Festival Mata Air 4 ½ 2010. Syahdan ada lomba naskah drama bertema ‘KDRT’. Ada lagi buku antologi puisi ‘lumpur Lapindo’. Ada pula album campur sari koplo all stars ‘Contrenglah Si Gembur!’. Dan ini kali ada pameran seni rupa ‘lingkungan hidup’ dalam Festival Mata Air 4 ½ di Kampung Seni Lerep Ungaran yang diselenggarakan oleh komunitas aktifis pelestarian lingkungan Salatiga, Tanam Untuk Kehidupan. Ulasan kuratorial tekhnis merupa-ria bukan kompetensi saya, maka tulisan ini sekedar corat-coret alakadarnya yang mencoba mengantar apresiasi publik lewat sorotan fenomena ‘karya (fiksi) dalam rangka’, khususnya bidang seni rupa dan hubungannya dengan fakta dari issu yang di angkat. Pernah dalam sebuah diskusi sekenanya muncul sodoran (yang masih perlu diuji validitasnya); “Visualisasi masalah lingkungan yang cenderung menampilkan obyek/tema seputar pohon” Debat pun terjadi. Sini berpendapat bahwa wilayah lingkungan hidup sangat luas ...

AKU DAN PEMILU (kenangan terindah)

Image
Dari mulut gang ke Asrama yang diapit oleh pagar tembok tua gedung SKP (Sekolah Ketrampilan Putri) dan warung rujak – lotek Bu K, aku melihat T nampak gagah penuh energi dengan jaket hijau doreng kuning hitam dalam derap langkah barisan simpatisan PPP dari arah kolam renang Kalitaman naik menuju Jalan Pemuda sambil menyanyikan lagu Pring Reketeg Gunung Gamping Gempal, sementara di lapangan bola Tamansari berseberangan dengan bundaran tugu jam seorang tentara muda mengisi magasin senapan otomatisnya di dekat pohon kamboja. Demikian dua kelebatan memori samar tentang pemilu masa kecilku di kota kecilku Salatiga. T waktu itu sudah menjadi remaja setengah pemuda. Si hitam wajah jawa anak dari keluarga miskin di kampung Krajan, bapaknya penarik becak, kakak tertuanya penarik becak, kakaknya yang nomer dua penarik becak, dia sendiri sebelum menjadi pelatih tenis top adalah penjaga bola, namun aku lupa apakah sebelum jadi penjaga bola dia juga menarik becak. Aku mengenal T sebab dia melat...

BOB DYLAN, DR. KING, GANDHI, YESUS HINGGA JUTAAN TAK BERNAMA

Image
Berikut ini renungan ringan saya yang jadi pengiring pameran seri ketiga dari projek seni saya mengenai pembasmian komunis Indonesia; THEY KILLED THEM di Moores Building Contemporary Art Gallery, Fremantle Western Australia Januari - Februari 2015. Poto karya silahkan ditengok di  http://www.didotklasta.com/art-projects-on-65/ Salah satu elemen karya instalasi They Killed Them, didot klasta They Killed Them adalah karya seri ketiga dari Project 65, yaitu projek seni saya tentang pembasmian kaum komunis dan penghancuran gerakan politik kerakyatan Indonesia di tahun 1965. Sebagian orang yang prihatin menyebut peristiwa ini Tragedi 65. Sebagian yang lain meyakini bahwa kekerasan-kekerasan yang terjadi itu adalah konsekuensi dari kewajiban suci membela tuhan dari ancaman kaum ateis penuh dosa. Sebagian yang lain lagi dengan bangga mengesahkan cerita tentang tindakan patriotik demi keselamatan dan kejayaan Negara. Sebagian besar orang termasuk masyarakat internasional menganggap b...

AKU, MEMBACA DAN MENULIS (kenangan terindah)

Image
Aku suka menggambar sejak sebelum masuk SD, itu awal 70an. Aku suka berteater sejak masuk kelompok teater di kampus, itu setelah setahun aku jadi mahasiswa; akhir 80an. Aku suka bermusik sejak mulai belajar main gitar, itu juga akhir 80an. Dan sejak kapan aku suka menulis? Aku putuskan saja bahwa awal kesukaanku menulis adalah ketika aku mulai menulis puisi dengan cukup serius. Sebelumnya aku lebih dahulu suka membaca puisi yang ada di majalah Kawanku dan Hai. Selain itu aku suka membaca cerita pendek, cerita bergambar, artikel pengetahuan populer hingga berita, khususnya olah raga. Melengkapi majalah Kawanku, Hai dan Bobo, di rumah masa kecilku dapat dikatakan ada seribu satu macam bacaan; Album Cerita Ternama, Kuncung, aneka komik silat dan super hero, Donal Bebek, Eppo, serial pengalaman Dr. Karl May, majalah bulanan Korpri – Krida, aneka majalah ‘wanita’, buku-buku inpres untuk perpustakaan sekolah, Api Di Bukit Menoreh dan koran Kompas serta Suara Karya.

DIGDO PERGI KE JOGJA (pengantar pameran seni rupa)

Image
HOREEE!!! Lama tak jumpa, tahu-tahu Digdo bertunggal ria! Dulu kalau mampir dan melihat lukisan berjubel di rumah sempit itu aku sering mendorongnya untuk berpameran tunggal. Setidaknya memasang ‘Galeri Kontemporer The Digdos’ di depan rumah pas berjejer dengan ‘terima servis elektronik’ kakaknya. Dia cuma senyum ogah-ogahan berkaos singlet khusyuk menghitung hasil jualan telor sehari itu yang harus langsung disetor ke juragannya. Dan pembicaraan pun berganti gosip seputar senirupa lokal atau sok nyambung dengan gelegar senirupa nasional. Atau malah tak dinyana tetangga yang problem datang membawa anggur kolesom dan kamipun menggombalkan hal-hal lebih konyol lagi ditemani makanan kecil yang disuguhkan ibunya. Aku kenal Digdo tahun 2008, ketika empat perupa Salatiga mengajakku membikin gebrakan di Surakarta. Bukan gebrakan pada dunia senirupa, tapi tepatnya tendangan di pantat kami sendiri untuk keluar sarang. Satu diantaranya ya Digdo ini. Sejak itu kami jadi berteman, apalagi dia s...