PUPUTAN KABUDAYAN (naskah pidato)

Tulisan ini adalah naskah pidato yang dipesan adik saya dan teman-temannya untuk perayaan kelahiran sanggar seni tari berbasis komunitas SANGGAR TIRTA di desa Tirto dekat Parangtritis kab. Bantul DIY, dulu awal 2000an pas mereka masih jadi mahasiswa gress di ISI Jogjakarta jurusan tari. Seingatku, Ibu juga membikin naskah untuk pidato yang sama. Aku lupa apakah kami bikin sendiri-sendiri, ataukah kolaborasi. Kalau bikin sendiri-sendiri maka aku juga lupa pidato mana yang dipakai. Semoga yang ini :) sorry Mami, you're the best forever.

Bung Karno, proklamator kemerdekaan Indonesia sedang
berpidato.
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Kakakku, Adikku, Sodara-sodaraku terkasih sebangsa setanah air warga pedukuhan. Sugeng Ndalu. Salam Sejahtera. Merdeka !
Puja-puji dan ucapan syukur kita panjatkan ke hadapan Tuhan, atas segala berkat, rahmat, dan kuasaNya yang telah mengayomi dan meridhoi keindahan malam ini. Di mana kita dapat berkumpul, berbagi kegembiraan serta kebahagiaan bersama, dalam acara istimewa: hajat rakyat bertajuk : "PUPUTAN KABUDAYAN", untuk menyambut dan merayakan kelahiran bayi kesayangan. Yaitu bayi tunas olah kagunan kreasi seni yang mengejawantah dari haribaannya Bunda Pertiwi, Sang Bunda Budaya Sejati. Dan telah kita namakan bayi ini :
SANGGAR TIRTA
(mohon tepuk-tangan yang meriah!)


Saudara-Saudaraku terkasih,
Sesungguhnya kurang tepat jika saya, atas nama empat sekawan dari kampus ISI, Sewon, yang sekarang berdiri di sini untuk menyampaikan sepatah dua kata. Karena sanggar olah kreasi seni yang sedang kita 'gadhang-gadhang' ini, tak lain adalah : dari, oleh dan untuk warga desa semua. Tepatnya, SANGGAR TIRTA adalah milik warga.
Sedangkan kami, empat sekawan dari kampus ISI, hanyalah pendamping serta sahabat bagi adik-adik tersayang khususnya, dalam proses belajar serta berlatih bersama. Lebih luas lagi, kami adalah mitra bagi seluruh warga desa dalam gotong-royong bersama; membangun, mengembangkan serta memajukan seni budaya rakyat. Oleh karena itu, mohon kami dimaafkan atas kelancangan ini.
Namun, menurut hemat kami, adalah cukup penting untuk menyampaikan barang sesuatu perihal penyelenggaraan kegiatan olah kreasi seni SANGGAR TIRTA. Karena sedari awalnya, kami baru sempat 'kulonuwun' pada yang terhormat Bapak Dukuh, dan belum mengadakan sosialisasi secara lebih luas.

Saudara-Saudaraku terkasih,
Bermula dari aspirasi Ibu-Ibu warga setempat agar rekan kami, Nita melatih adik-adik di sini dalam ketrampilan seni khususnya seni tari. Setelah mempertimbangkan masak-masak. Terutama mengingat :
1. Kami adalah mahasiswa yang semestinya manunggal dengan rakyat serta wajib mengamalkan ilmunya sebagai wujud pengabdian pada masyarakat.
2. Pendidikan kreatifitas sangat penting untuk menunjang pengembangan diri secara positip.
3. Seni budaya rakyat adalah salah satu potensi sekaligus sumber dan modal penting bagi masyarakat untuk mencapai kemajuan.
4. Dibutuhkan sarana dan alat dari, oleh dan untuk warga agar dapat mengekspresikan talenta, kemampuan dan aspirasi kebudayaannya yang khas, asli serta asali dalam rangka membangun manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya.

Maka dengan tekad bulat,kehendak baik serta niat yang tulus, kami mencoba turut berpartisipasi dalam kerja besar saudara-saudaraku semua untuk bersama melangkah setapak lebih maju dari sebelumnya. Dan SANGGAR TIRTA lah ajangnya.
Harapan kita, sesuai dengan namanya; SANGGAR TIRTA, akan mampu mencucurkan tetes-tetes bening kesejukan dan menjadi sumber pengharapan masa depan. Bagai tetes-tetes Sang Tirta di kala alam dahaga dan kekeringan.
Untuk Adik-Adikku tersayang siswa sanggar, kami serukan pada kalian ; Terus Maju Pantang Jemu ! Jadilah kelak, kusuma-kusuma seni nan elok. Jadilah kelak, pahlawan-pahlawan budaya nan tangguh. Dipundak Adik, Ibu Pertiwi meletakkan amanatnya sejak malam yang penuh berkat ini.

Saudara-Saudaraku terkasih,
Demikianlah sedikit ungkapan dari lubuk hati kami. Mohon maaf atas kata, sikap dan perbuatan kami yang kurang berkenan. Bimbingan, saran serta kritik yang membangun tentu sangatlah kami harapkan. Karena kami pun masih harus belajar dan belajar lebih banyak lagi.

Akhirul Kalam,
Semoga kita semua saling setia untuk bahu-membahu. Semoga Adik-Adikku makin pintar dan lucu. Semoga budaya desa kian maju. Semoga pula Tuhan menyertai proses pertumbuhan Sang Bayi Kesayangan; SANGGAR TIRTA agar lancar serta memberi arti bagi warga, kebudayaan dan kemanusiaan. Sekian.

Wassalam mualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Selamat bergabung dan bersuka-ria. Sugeng Ndalu. Salam Seni Budaya. Merdeka !

Atas nama Dita cs
DidotKlasta
Salatiga, awal 2000an

catatan menarik :
Sebelum perayaan namun sanggar ini sudah cukup besar dan mulai didengar di lingkungan ISI, adikku Dita dipanggil dosennya dan ditanya-tanya, termasuk nama sanggarnya apa. Waktu itu sebelumnya adikku sudah meminta ide nama padaku dan kuusulkan nama Bedoyo Desa. Maknanya untuk menunjukkan bahwa seni budaya rakyat jawa biasa juga hebat / adiluhung, tak hanya seni budaya kraton saja. (Salah satu representasi keadiluhungan seni budaya kraton adalah lewat karya tari Bedoyo). Ternyata Bu Dosen itu langsung menyatakan penolakannya. Tidak boleh! Bedoyo itu hanya untuk kraton! Kira-kira demikian. Karena adikku dan teman-temannya adalah mahasiswa baru yang segan pada dosen-dosennya, maka mereka menurut saja.

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN