Dari Roebinem Djelita, Lewat Salatiga, Menuju Van Halen

Disaat Kubu Cukong menaikkan serangan keserakahannya dengan secara pengecut nista memanfaatkan situasi pandemi mengesahkan UU Omnibus Law atau UU Pro Cukong yang mengancam kepentingan rakyat banyak dan lingkungan hidup ... Kabar duka datang; Eddie Van Halen meninggal.
Aku bukan fans berat band Van Halen, tapi di akhir SMP - tahun 1984an, aku sangat suka dengan lagu 'Jump' yang enerjik dengan intro keyboard monumental dan dianggap sebagai salah satu lagu yang membentuk rock n roll itu. Di kamarku juga ada posternya. Beli di kaki lima Jendral Sudirman, murah, waktu masih banyak hal indah di Salatiga. Yang paling kuingat dari poster itu adalah Eddie Van Halen dengan senyum lebar keramahan yang menjadi ciri khasnya. Tentu plus desain gitarnya.

Kemudian aku memperdalam Pink Floyd sambil makin kenal dengan blues. Katanya, Eet Sjahranie adalah salah satu murid di pusat kursus gitar Eddie Van Halen. Dia sedang naik daun sebagai gitaris God Bless dan dianggap sebagai salah satu gitaris rock terbaik nusantara. 'Jump' tetap datang-pergi di telingaku hingga sekarang. Ada dalam kompilasi musik untuk kusetel di mobil. Masuk dalam playlist menemani fitness pagi. Menjadi bagian dalam proses pembentukan apresiasi musik Kayon. Dan tiap kali mendengarnya, tetap memberikan sensasi yang sama seperti 35an tahun lalu.

Aku sekarang mentahbiskan diriku sendiri sebagai musisi blues dengan instrumen gitar. Walau ketika berlatih, aku juga memainkan musik rock, aku pikir permainanku tak dipengaruhi oleh Eddie Van Halen. Meskipun begitu aku bisa mengenali bahwa permainan gitar Eddie adalah suatu genre tersendiri dalam gitar rock. Dia merevolusi permainan gitar dengan merambah peluang dan kemungkinan non konvensional, menciptakan tekhnik, memperbarui dunia permainan gitar moderen dalam blantika musik rock umumnya dan hard rock khususnya. Itulah posisi Eddie dalam sejarah musik rock.

Tahun 2019 kemarin aku membeli ampli Peavey VYPYR VIP 2. Salah satu yang spesial dari ampli ini adalah; dalam pilihan 'modelling amp'nya dia menyediakan model 5150 yang merupakan signature dari 'tone' gitar Eddie Van Halen.

Begitulah hubunganku dengan Eddie. Ada satu lagi konteks hubungan; dalam keluarga Van Halen ternyata mengalir darah Jawa, dan mereka punya jejak di Salatiga. Berikut ini aku bagi ringkasan hasil risetku ditahun 2016 tentang genealogi Van Halen.

Tentu saja Rock People sejati harus tahu lagu ‘Jump’ dan pengusungnya yaitu supergroup Van Halen, ini pengetahuan standar. Tapi Rock People sejati tak harus tahu bahwa Van Halen tercipta dari romansa kolonialista Hindia Belanda di tanah Jawa - ini info istimewa yang hanya bisa ditemukan oleh orang istimewa. Demikian alkisah 1001 malamnya …

Sekitar tahun 1874 lahirlah seorang dara Jawa totok bernama Roebinem di Purworejo Jawa bagian tengah. Roebinem kemudian menjalin cinta dengan pegawai jawatan kereta api Rijgelo Mafficioli Del Castelletto yang blasteran Itali-Jawa dan kecipratan darah biru keraton Surakarta, mereka ‘married by accident’ di Magelang 30 September 1910. Hasil accident pasangan ini adalah dara Eugenie Mafficioli Del Castelletto yang kelak menikah dengan lelaki blasteran Belanda-Jawa Frans Van Beers di Bojonegoro 24 Mei 1912. Mereka memperanakkan Eugenie Van Beers di Rangkas Bitung 21 September 1915, lantas pindah ke Salatiga (tinggal di Salatiga sampai meninggalnya Frans Van Beers tahun 1921).

Nah, mungkin kuasa mukjijat rockmusiclah yang membawa si jelita Eugenie yang tak kunjung menikah bertemu dengan jodohnya. Mukjijat rockmusic, sebab lelaki itu adalah musisi jazz Belanda sekaligus anggota (korps musik?) Angkatan Udara Kerajaan Belanda Jan Van Halen, yang seusai perang dunia dua pindah ke Jawa.

Mereka menikah di Jakarta 11 Agustus 1950 dan pada musim bunga 1953, pindah ke Belanda dan memperanakkan dua anak lelaki. Februari 1962 keluarga ini membawa dua anaknya pindah ke Amerika Serikat, menetap di Pasadena California. Akhirul khalam, tahun 1972 kakak beradik ini mendirikan sebuah rockband bernama Van Halen, karena mereka bernama Alexander Edward (Alex) Van Halen dan adiknya Edward Lodewijk (Eddie) Van Halen; grandmaster drum dan gitar dunia.

Didot Klasta
Salatiga, 7 Oktober 2020

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN