SLOW ROCK LOVE SONGS, Volume 1 by EPOS [Everyday People Ordinary Stories]

Berikut ini Slow Rock Love Songs, Volume 1; yaitu kumpulan sepuluh puisi cinta pilihan yang aku ciptakan dalam rentang waktu dari tahun 1980an sampai pertengahan dasawarsa kedua abad 21. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat. Salam cinta.

SAJAK BELAKA BUAT D.A / MATA INDAH MATA SAPI / SEPISAH SEKALI / SEKEPAL KELU BUAT KAU / BERPIKIR IDEOLOGIS KALA MEMPERTIMBANGKAN KAU / KEPAHITAN CINTA / NEGARA TANPA BENTUK / BLUES GADIS KEPALA TIGA / KANGEN / BALADA DINA DAN JAY


SAJAK BELAKA BUAT D.A

Berputih abu-abu
Kau ...
Tanpa tahu
Tohok rinduku
Sayangkah ...
Sribu kilo kita yang terbentang?
Jika dekatpun
Kuduga pasti sudah kalah

Berputih abu-abu
Lesi-indah seragam bibirmu
Biar aku tanpa permisi
Kasih cium dari sini

Era 80an


MATA INDAH MATA SAPI

Terkenang dulu kamu
Ndulang ponakanmu sore itu
Rok kembang abang ayu
Bandomu oh, biru
Hak ... Hak ... Aemmm
Seraya jakun mak cleguk
Kalo aku, sega thok-thok pun mau
Kalo yang ndulang kamu

Terkenang yang dulu itu
Nostalgia cinta belum seruwet masa kini
Tak perlu ngerti 'murni'
Namun terasa sampai ulu hati
Nyeri yang manis-manis geli
Ataukah naif ? Ataukah dungu ?
Atau kasih yang membersit kala
Di benak terpatri hanya
Mau dolanan sayang saja

Begitu itu Kawan
Terkenang dulu kita
Masih monyet-monyet belaka
Alam pikiran serupa kacang, pisang
Dari dahan ke dahan bergelantungan
Tak perlu konseptualisasi
Tak perlu sakralisasi
Tak perlu mekanisasi-industrialisasi
Betapa masih seperti baru kemaren
Pacar kita adalah buah dada Bunda
Yang putingnya bak permata, Babah Kohinoor tak punya

Terkenang dulu kamu
Ndulang ponakanmu, aku juga mau
Dulanglah aku sampai nanti
Sebab ada yang harus berlalu musnah
Misalnya penindasan
Dan ada yang meski berlalu namun tak musnah
Misalnya kasih sayang
Hak ... Hak ... Aemmm
Ayo makan Dik
Dengan makan hidup kita pertahankan

Era 80an
dulang (jawa) : suap
abang (jawa) : merah
sega thok-thok (jawa) : cuma nasi saja
dolanan (jawa) : bermain, permainan


SEPISAH SEKALI

Ringkus angin borgol sepi. Reserse jiwa nggerebek sukma. Libido Satpol PP nggusur ilham kaki limaku. Masuk lobang hitam narkoba rindu-dendam. Apa mampu tahan perlawanan? Dari sesak tekanan bayang sayang. Dari jodoh di tangan tuhan? Bukan urusan politik kekuasaan?

Dalam lobang hitam ada mata bening. Kerlip suka-kah? Remang duka-kah? Kerjap haru-kah? Pijar apa-kah? Atau paling kedap-kedip biasa saja. Menindas - Ditindas. Entahlah lalu netral.

Gemerisik ekologi lewat jendela terbuka. Aku bertanya kabar tentangnya lewat surat. Tapi di sini kertas-kertas surat pada diam. Bahasa terhenti tanpa bait puisi. Cinta yang kikuk di antara epos-epos perjuangan, slogan kemapanan dan jargon pemberontakan. Jika membaca kertas surat kabar, puisi sekian perak rupiah inflasi. Jiwaku bahkan butuh makanan taoke.

Dalam sepi yang memagut telah kutanya bahan pangan. Menjawab ia dengan sayang. Kubalas jawabannya; persetan. Dijawabnya lagi makin sayang. Tak bisa kubalas lagi.

Gudang kata bersayap bersisa sepi. Gudang logistik berayap bersisa kopi lainnya dirayapi korupsi. Dalam kesepian yang memaguti secangkir kopi. Terasa benar pahitnya permainan kenyataan bikin-bikinan pemintalan pabrik NEGARATEX. Kita semeter 3000 perak spanduk demonstrasi.

Dua hati tak bisa dikalahkan.
Jika kalah kesepian.
Itu menyakitkan; kemanusiaan.

Awal dasawarsa abad 21


SEKEPAL KELU BUAT KAU

Sayang di mana-mana. Kita. Puisi perjumpaan tak bisa-bisa. Tiada tempat mesra di negri-negri luka. Instansi luka. Penjara. Dept. Store luka. Penjara. Pabrik luka. Penjara. Detasemen luka. Penjara. Mau ke mana. Ke sini hati. Disayat kianat. Ke sana jiwa. Dibacok sandiwara. Tak ke mana-mana. Dibantai usia. Termangu TO Target Operasi. Kartu As hati plastik. Panah asmara mematikan beneran. M-16. Dalam bidikan kasih yang hampa. Pelornya tidak hampa. CROT ! Luka berdarah. Tembus. Blong dan resah. Mau berontak. Blong dan resah. Engkau padaku. Aku padamu. Balaikota penuh mahasiwa negara. Aku bawa benderanya. Engkau bawa minuman ringan sprait. Lagu Anoman Obong belum ada. Balaikota obong belum kunjung juga. Tapi ada yang kobong antara kita nampaknya. Pijarnya hilang ditelan para mahasiswa negara yang kupegang benderanya. Kucampakkan. Sebab telah kita pilih rumput yang diinjak-injak ini upacara. Opo Kabare? Duduk kita bersisihan tak pernah sedekat itu. Anganku melambung tak pernah semungkin itu. Kita. Jadi pengantin pokok waru. Dihajar-hajar. Kemarau waktu tak kunjung hujan. Dan membeli hujan buatan mahal nian. Salah jatuhnya, lagi. Sial.

Awal dasawarsa abad 21


BERPIKIR IDEOLOGIS KALA MEMPERTIMBANGKAN KAU

Berdiri di pintu pagarmu. Kukuhkan privatisasi agraria. Ada rumor adam-hawa mendesing, dalam kebul knalpot hari-hari. Lalu-lintas cinta kota diburu waktu adalah uang; sibuk. Bahwa hati kita tak mengenal klas. Ku mau dibilang sibuk biar tak sunyi, dikucilkan peradaban modern.

Sepanjang kabel listrik mendekor langit wajah elektrik. Dan awan alam jadi jemuran sarung gelandangan compang-camping. Burung-burung ciblek terdidik anarki jalanan. Polahnya kurang ajar menakar berapa tajam nyali yang kuhunus sok eksistensial jantan jagoan liberal. Tapi aku cuma punya ilmu sekolah dasar. Pengecut antik anak-cucu kerja rodi.

Aku bukan ahli pedang ... Gumamku.
Aku bukan pemegang senapan ... Gumamku.
Aku bukan Nick Carter …

Bangsat! Pendirian revolusionerku bagai air di daun talas. Air adalah sungai tindakan hidup bercabang tiga. Pemenang. Pemenang. Dan Gamang atau Pecundang. Daun talas adalah cinta. Aku tak mau itu semua. Aku mau menjadi delta. Bila malam purnama. Menggelar tikar, membikin unggun. Membakar ketela atau jagung. Ku gigit punyamu. Kau gigit punyaku. Hanya berdua saja. Luar biasa !

Memang luar biasa.
Sementara ...
Jurang kaya - miskin kian menganga.
Sesungguhnyalah ...
Menelan suatu perasaan antara kita.

Awal dasawarsa abad 21


KEPAHITAN CINTA

Telah kutoreh pada selembar daun waru; namamu.
Kupeniti sebagai bros; di jidatku.
Bukan bintang emas jendral atau emblem emas pembesar atau kalung emas sodagar.
Daun tua saja, kekuningan mau rontok.
Pohon tua pinggiran jalan.
Kere, musafir hina silahkan gratis.
Berteduh sebentar jalan lagi mencari.
Bersama lelah siput mengingsut.
Debu hotmix, semen dan fluorosens.
Minyak bumi tersedot transportasi 'cepat terbatas'.
Kemana?
Rumah kehidupan mempertahankan cinta.
Rumah tangga cinta bertahan hidup.
Di tanah-tanah kering dan miskin.
Dan hidupku adalah bersamamu.
Dan cintaku adalah padamu.
Dan kesetiaanku adalah forever; REGIME FUCK OFF!
Dan kebebasan adalah perkawinan; yang suci, sahaja dan jelata.
Kenapa? Engkau tak suka?
Kenapa engkau pilih politik cinta yang komersil, bersenjata, sok negara dan menjagal hati para pecinta sejati?
Kenapa Sayang ...?

Awal dasawarsa abad 21


NEGARA TANPA BENTUK

Dijaman disintegrasi jadi trendi ...
Tuhan … Engkaukah Maha Persatuan?
Tentang konsep negara biar urusan ahli negara.
Namun tentang asmara yang mengharukan, biar kembali pada amanat hati nurani rakyat.
Dan biar rakyat kembali pada Mu.
Dan Engkau akan mengembalikan pada mekanisme demokrasi.
Namun demokrasi di sini tak punya nurani.
Dalam sidangnya yang busuk, aku berdiri interupsi :
Siapa kekasihku?!

Awal dasawarsa abad 21


BLUES GADIS KEPALA TIGA

Seorang gadis kepala tiga duduk di beranda
Merokok ekspresif tak bersama siapa-siapa
Rumahnya di pinggir kota yang meminggirkannya
Namanya laiknya nama-nama perempuan biasa
Hanya segelintir dua orang biasa yang mengingatnya
Dan ini sama sekali bukan masalah baginya
Begitu menurut cara dia menghembuskan asap lintingannya

Gadis ... O blues gadis kepala tiga
Lelahkah mencari cinta?
Atau tak bisa mengenal cinta?
Atau kau tak mau bercinta?

Dia berkata tertahan : Persetan cinta
Dan lantas aku dari belakang memeluknya
Dan dia tak hendak menahannya
Dan kami bertanya : Apakah ini cinta ?
Kami menjawabnya : Persetan cinta
Relakan saja untuk para hipokrisi, peraya, semua pengkhianatan-pengkhianatannya
Kami tunggu pagi dengan sekian botol minuman keras
Lantas bersama seharian tidur
Sementara society berangkat untuk job-job sia-sia
Dalam industri cinta sia-sia

Gadis ... O blues gadis kepala tiga
Sesungguhnya ini sudah cukup jadi alasan untuk
bahagia

Pertengahan dasawarsa pertama abad 21


KANGEN

Surat jambon tanpa pengirim
Kasih tak sampai
Kerlingan rahasia
Pesan-pesan tak terpermanai
Puisi-puisi grogi padamu
Pubertas artistik yang menderu-deru jaman
Atau siku yang saling bersentuhan tak sengaja
Adalah keajaiban peradaban
Yang dibunuh tivi swasta
Lantas dikubur frontalisme

2015
jambon (jawa) : merah jambu


BALADA DINA DAN JAY

Terdengar langkah kaki mendekat, makin mendekat.
Wajahnya yang semula gelap makin nampak jelas.
Dina ternganga ...
Gelas kolesom di tangannya terjatuh PYAR!
Dina : Jay ...
Jay : Ya sayang, ini aku ... Jay
Dina : Tak mungkin .. Kau … Kau hanya masa lalu Jay ...
Jay : Apa Din??? Lha njuk saiki aku ki sapa???
Dina menutup mulutnya antara serius traumatis dan menahan geli.

2016
lha saiki aku ki sapa (jawa) : lha sekarang aku ini siapa

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN