Terjemahan Puitik 10 Lagu Bob Dylan, oleh Didik KB
Bob Dylan adalah salah satu penulis lagu terbaik sepanjang masa. Penulisan lirik-liriknya menerapkan semacam pendekatan baru yang memperlakukan lagu sebagai puisi. Tradisi musik Amerika baik folk, country maupun blues mengembangkan sifat bertutur dalam lirik lagu. Bob Dylan meniupkan roh puitik dalam narasi-narasi tersebut.
Kekuatan penyampaian seperti itu, berpadu dengan bobot komentar dan kritik sosial dalam lagu-lagunya, membuat Bob Dylan menempati posisi yang sangat khas dan peran yang sangat influential dalam dunia musik pop. Amalgamasi kekuatan kepenyairan dan musikalitas Bob Dylan ini membawanya pada penghargaan Nobel untuk sastra pada tahun 2016.
Berikut ini terjemahan puitik dalam Bahasa Indonesia 10 lagu Bob Dylan dari 2 album pertamanya, Bob Dylan (1962) dan Freewheelin’ (1963), oleh Didik KB Harimurti.
KEPADA ANGIN
Dari Blowin’ In The Wind, album
Freewheelin' (1963)
Berapa banyak jalan mesti ia lalui
Sebelum kau menyebutnya manusia?
Berapa banyak lautan mesti
dilayari
Sebelum ia pulas di pasir pantai?
Berapa banyak peluru meriam mesti bersiuran
Sebelum dihentikan selamanya?
Jawabnya kawan, terbang bersama
angin
Jawabnya tertiup angin
Berapa banyak tahun gunung tetap
mengada
Sebelum luruh tergerus dalam
samudra?
Berapa lama orang-orang harus
bertahan
Sebelum dibolehkan menjalani kebebasan?
Berapa banyak kali orang dapat
berpaling
Pura-pura tak melihat apa-apa?
Jawabnya kawan, terbang bersama
angin
Jawabnya tertiup angin
Berapa banyak kali orang harus
mendongak
Untuk bisa melihat langit?
Berapa banyak telinga harus
dipunya
Untuk dapat mendengar jerit-tangis
sesama?
Berapa banyak kematian dikorbankan
Agar tahu bahwa terlalu banyak
orang mati?
Jawabnya kawan, terbang bersama
angin
Jawabnya tertiup angin
MAJIKAN-MAJIKAN PERANG
Dari Master Of War, album
Freewheelin’ (1963)
Hallo majikan-majikan perang
Kau yang mencipta persenjataan
Kau yang merancang pesawat
kematian
Kau yang membikin semua bom
Kau yang sembunyi di balik
dinding-dinding
Kau yang mengelak di balik
meja-meja
Ku hanya ingin kau tahu
Aku dapat melihatmu menembus topeng
itu
Kau yang tak pernah membangun
apapun
Tapi menghancurkan apapun
Bermain-main dengan dunia dan
hidupku
Seperti bermain dengan
mainan-mainan kecilmu
Kau letakkan senjata di tanganku
diam-diam
Dan berlari sejauh-jauhnya saat
peluru melesat
Seperti Yudas syahdan, kaulah
pembohong licik
Menipuku untuk percaya dengan
peperangan
Tapi kutahu perang dunia tak bisa
dimenangkan
Itu kulihat melalui matamu
Kulihat melalui benakmu
Seperti kulihat pada air yang
mengalir di selokan
Kau buka kunci pelatuk
Untuk yang lainnya biar menembak
Lantas kau mundur dan menonton
Saat angka kematian meningkat
pesat
Saat darah orang-orang muda
muncrat menyekujur tubuhnya
Saat tubuh-tubuh kaku terbenam di
lelumpuran
Kau sembunyi di istanamu
Telah kau sebar ketakutan terburuk
yang tak pernah dapat dihadapi
Sejenis ketakutan untuk membawa
anak-anak ke dalam dunia
Hanya untuk tersia-sia
Tak terlahir tak bernama
Kau setakbernilai darah yang
mengalir di nadi-nadimu
Tak banyak yang kutahu untuk
mengepalkan perubahan
Kau bisa bilang aku hanya anak
bawang
Kau bisa bilang aku tak
berpendidikan
Tapi satu hal pasti kutahu meski
aku lebih muda darimu
Bahkan Yesus
Tak bakalan memaafkan perbuatanmu
Biar kutanyakan satu hal
Apakah uangmu sehebat itu?
Bisakah membelikan maaf buatmu?
Kupikir nanti akan kau temukan
jawaban
Saat lonceng kematianmu dibunyikan
Bahwa semua uangmu
Tak akan bisa membeli kembali
jiwamu
Dan kuharap kau mati
Dan kematianmu bakal segera
Akan kuikuti iringan kerandamu di
siang yang muram
Akan kunikmati mayatmu saat kau
diturunkan ke dasar kubangan kematian
Dan aku akan tinggal mengitari
kuburmu
Hingga kuyakin benar kau
benar-benar mati
BLUES KERETA BARANG
Dari Freight Train Blues, album
Bob Dylan (1962)
Kulahir di sudut dekil kota Dixie
Hanya gubuk kecil pinggir rel
kereta api
Kereta barang mengajariku cara
menangis
Ninabobo-ku senandung masinis
Begitulah, ku punya sebuah blues
kusam
Mendekam di dasar sepatuku yang
bulukan
Peluit berbunyi ku harus pergi,
tahukah Sayang?
Aku tak kan pernah kehilangan
blues kereta barang
Ayahku si pemadam api, ibuku si
tua itu
Anak satu-satunya si tukang mesin
yang bau
Dan gadisku mencintai si tukang
rem yang baik
Beginilah cara membangkrutkan
orang baik-baik
Begitulah, ku punya sebuah blues
kusam
Mendekam di dasar sepatuku yang
bulukan
Peluit berbunyi ku harus pergi,
tahukah Sayang?
Aku tak kan pernah kehilangan
blues kereta barang
Satu-satunya hal yang membuatku
selalu tertawa lagi
Itu nguing peluit dari kereta
Selatan
Tiap tempat ku ingin datangi, tapi
aku tak bisa pergi
Sebab aku hanya pengalun blues
kereta barang
UNTUK PARA PENENTANG
Dari Song To Woody, album Bob
Dylan (1962)
Jauh jauh dari sini
Ku jauh ribuan mil dari rumah ini
Menapaki jalan rompal zaman ke
zaman
Sepanjangnya manusia telah berjatuhan
Kulihat duniamu
Tentang orang-orang dan segala
sesuatu
Kaum petani, kalangan jelata
Juga para pangeran dan raja-raja
Wahai Woody Guthrie
Kubikin ini tembang buatmu
Tentang dunia lama yang lucu
Hingga kini masih saja sama belaka
Sakit, lapar, lelah, berduka
Nampak sekarat, beban berat
dipundaknya
Wahai Woody Guthrie
Namun kutahu engkau tahu
Segala yang kukatakan terus
kunyanyikan
Belum cukup juga walau
kuulang-ulang
Sebab tak banyak penutur kehidupan
Melakukan seperti yang kau lakukan
Ini pun untuk Cisco, Sony dan
Leadbelly
Dan semua pemberontak sejati
Ini untuk hati dan tangan manusia
perindu
Datang berdebu pergi bersama angin
lalu
Kupergi esok tapi bisa juga hari
ini
Suatu tempat ujung jalan itu kapan
nanti
Hal terakhir ingin kusampaikan,
Kawan
Ku juga menempuh itu jalan
kesunyian
BLUES BOB
Dari Bob Dylan’s Blues, album
Freewheelin' (1963)
Begitulah, Lone Ranger dan Toto
Berkuda turun ke jalan
Membereskan persoalan orang-orang
Persoalan orang sekali lagi,
kecuali persoalannya sendiri
Begitulah, seseorang harus
memberitahunya
Bahwa aku baik-baik saja
Wahai kau perempuan lima dan
sepuluhan sen
Tanpa apapun di tanganmu
Telah kudapatkan galon minum
sejati;
ya aku jatuh hati
Dan betapa, akan kucintai sampai
nanti mati
Maka pergi dari pintu dan
jendelaku
Sekarang juga
Aku tak akan ke sirkuit balap
Untuk tak melihat ada mobil balap
Aku tak punya mobil balap
Dan peduli setan mau punya atau
tidak
Aku dapat jalan kaki berkeliling
kapan saja
Angin berhembus mengelusku
Bolak-balik menyusur trotoar
Dengan topi di tangan
Boot di kaki
Hati-hati agar kau tak melanggarku
Lihat ke sini teman
Kau ingin seperti diriku
Kokang shootgun-mu
Rampok tiap bank yang kau temukan
Bilang pada hakim;
aku yang bilang itu bukan
kejahatan
Ya! Bukan kejahatan
SEPANJANG JALAN
Dari Down The Highway, album
Freewheelin' (1963)
Menyusuri jalan raya terhempang
Dengan koper di tangan
Sungguh kurindu padamu Sayang
Jauh-jauh di tanah seberang
Jalan-jalan kecilmu kian hampa
Jalan rayamu kian meraya
Bagaimana aku mampu mencinta
Jika hanya akan membunuhku saja
Aku telah jadi penjudi lama sekali
Dan tak bisa kalah lebih banyak
lagi
Sekarang aku kalah lagi seperti
tempo hari
Kumohon jangan ambil sepatuku ini
Aku sedang menuju keberuntungan
Ataukah cuma menjemput kematian
Temui aku di tengah lautan
Kita tinggalkan ini jalan raya tua
sialan
Laut mengambil anakku
Anakku mencuri hatiku
Dikemas dalam haru-baru
Lantas dibawanya ke negeri baru
Begitulah, kususuri jalan raya
terhempang
Hanya sejauh pandang mataku rawan
Dari jembatan Golden Gate megah
menawan
Semua jalan menuju Patung Dewi
Kebebasan
MIMPI MELANKOLI
Dari Bob Dylan’s Dream, album
Freewheelin' (1963)
Melaju kereta arah Barat
Ku pulas butuh istirahat
Bermimpi tentang gundah-gulana
Seputar diriku sendiri dan
beberapa teman pertama
Dengan mata berat kutatap sebuah
ruangan
Tempat aku dan kawan-kawan
melewatkan hari
Bersama melalui banyak badai
kehidupan
Tertawa bernyanyi hingga menjelang
pagi
Dekat pendiangan tua topi-topi
kami tergantung
Kata-kata terucap, lagu-lagu
dinyanyikan
Mengalir saja tak untuk apa-apa
dan kami gembira
Bercanda mempercakapkan dunia
luaran sana
Dengan hati lapar menembus
musim-musim
Tak pernah terlalu berpikir bahwa
kami bisa jadi begitu tua
Kami mengira bisa duduk-duduk saja
selamanya dengan suka
Dan peluang kami sungguh-sungguh
satu banding sejuta
Semudah itu menyebut hitam dari
putih
Semudah itu mengatakan salah dari
benar
Dan pilihan kami sangat sedikit
Dan peruntungan meragukan
Akankah perjalanan sejalan ini tak
berpisahan?
Tahun-tahun berlalu pergi
Para penjudi kalah menang kalah
menang
Berapa banyak jalan mengambili
kawan pertama
Hingga tiap-tiap mereka tak ku
tahu lagi
Kuberharap, namun dengan sia-sia
Kapan persis di ruangan itu lagi
duduk-duduk kita
Ini beberapa uangku bersama
bantingan topi
Dengan senang hati asal hidup bisa
macam itu lagi
KOTA YANG DILAHIRKAN OLEH
PERBUDAKAN
Dari Oxford Town, album
Freewheelin' (1963)
Setiap orang menundukkan kepala
Matahari tak menyinari tanahnya
Tidak di Oxford kota
Ia pergi ke sana
Senjata dan gerombolan
mengikutinya
Semuanya, sebab wajahnya coklat
Minggat kau, minggat!
Kota Oxford di tikungan
Mau masuk, di pintu tertulis
larangan
Semua sebab warna kulitnya
Apa yang kau pikir tentang itu
Saudara?
Aku dan galon minumku, galon
anakku
Kami bertemu dengan bom gas
airmata
Bahkan ku tak tahu kenapa kami di
sini
Hanya kembali ke tempat asal kami
Oxford selepas siang
Orang-orang bernyayi duka dan muram
Dua lelaki mati di bawah rembulan
Mississippi
Seseorang harus segera mengusut
kekejian ini
Oxford ... Kota Oxford
Tiap orang menundukkan kepala
Matahari tak menyinari tanahnya
Tidak di Oxford kota
TAK BAIK-BAIK SAJA
Dari A Hard Rain’s A-Gonna Fall, album
Freewheelin' (1963)
Di mana kau, mata biru buyungku?
Oh di mana, belia sayangku?
Kurambah gunung-gunung berkabut
Berjalan dan merangkaki
jalan-jalan berliku
Melangkah di tengah belantara
sedih
Aku ... Di depan semua samodra
mati
Ribuan kilo dari nganga pekuburan
Dan ini berat nian
Kutahu hujan deras akan datang
Apa yang kau tatap, mata biru
buyungku?
Oh apa yang kau tatap, belia
sayangku?
Kulihat orok merah dengan
serigala-serigala liar mengelilingi
Kulihat jalan raya dari permata
tiada orangnya
Kulihat ranting hitam dengan darah
menitik-nitik
Kulihat ruangan penuh lelaki
dengan martil berlumur merah
Kulihat tangga putih diliputi air
Kulihat para tukang cakap berlidah
patah
Kulihat senapan dan pedang tajam
di tangan si ingusan
Dan ini berat nian
Kutahu hujan deras akan datang
Apa yang kau dengar, mata biru
buyungku?
Oh apa yang kau dengar, belia
sayangku?
Kudengar suara guntur,
menggelegarkan peringatan
Kudengar gemuruh ombak dapat
menggulung dunia
Kudengar seratus pemain drum
dengan tangan berkobar
Kudengan 10 ribu bisikan dan tiada
yang menyimak
Kudengar seorang kelaparan,
orang-orang tertawa
Kudengar lagu penyair mati di
selokan
Kudengar lolong badut menangis di
lorong
Dan ini berat nian
Kutahu hujan deras akan datang
Siapa yang kau temui, mata biru
buyungku?
Oh siapa yang kau temui, belia
sayangku?
Kujumpai anak di sisi kuda kecil
mati
Kujumpai orang kulit putih
berjalan dengan anjing hitam
Kujumpai perempuan muda dengan
tubuh membara
Kujumpai gadis remaja memberiku
pelangi
Kujumpai lelaki berluka cinta
Kujumpai lelaki lain berluka benci
Dan ini berat nian
Kutahu hujan deras akan datang
Apa yang akan kau lakukan, mata
biru buyungku?
Oh apa yang akan kau lakukan,
belia sayangku?
Ku mau kembali ke sebermula hujan
Menembus kedalaman rimba hitam
paling dalam
Di mana ada banyak orang dan
tangan mereka kosong
Di mana bulir racun mengaliri air
mereka
Di mana rumah bukit bertemu
penjara lembab dan kotor
Di mana wajah eksekutor selalu
rapi tersembunyi
Di mana kelaparan adalah menjijikkan
dan jiwa terlupakan
Di mana hitam adalah warna dan
kosong adalah angka
Dan aku akan menghirupnya,
memikirkannya,
mengutarakannya, menceritakannya
Memantulkannya dari gunung semua
jiwa melihatnya
Lantas aku berdiri di permukaan
laut sampai tenggelam
Tapi ku akan mengerti laguku
dengan baik
sebelum ku mulai bernyanyi
Dan ini berat nian
Kutahu hujan deras akan datang
TENTANG KOTA BESAR
Dari Talking New York, album Bob
Dylan, 1962
Menghambur ke daerah Barat yang
liar
Tinggalkan kota tercinta tak berhingar-bingar
Kukira telah lihat segala sukses -
sengsara
Sampai akhirnya tiba di ini kota
Banyak orang terpuruk di tanah
Banyak gedung menjangkau langit
megah
Di New York saat musim dingin
Angin bertiupkan salju sekeliling
Berjalan tanpa tujuan
Orang bisa beku hingga tulang
Dan aku menggigil hingga tulang
Koran kota menulis berita
Ini terdingin sejak tujuh belas
tahun sebelumnya
Dan aku tak pernah lebih dingin
sesudahnya
Kuraih gitarku tua
Meloncat ke kereta bawah tanah
kota
Menggelinding, terayun, terseok
sepanjang jalan
Tibalah di pusatnya keramaian :
Hingar-bingar, selamat datang!
Ku berjalan ke sana dan berhenti
Sebuah kedai kopi di blok ini
Naik ke panggung dengan gitarku
Menyanyi barang sesuatu lagu
Seseorang menepuk berkata :
Datanglah lagi kapan saja
Itu tadi macam nyanyian dusun
Di sini kami butuh penyanyi dusun
Yah, kuambil harmonika
Ini waktunya bekerja
Memompa paru-paru wa wa wa
Sedollar sehari upahnya
Kutiup dan kutiup penuh tenaga
Seseorang bilang suka suara
kupunya
Terus meracau bahwa ia suka
Sedollar seharinya
Lumayan juga
Setelah berminggu-minggu
Kudapat kerja baru
Lebih besar tempatnya
Demikian pula duitnya
Bahkan kuikut perserikatan
Dan wajib bayar iuran
Kini ...
Ada kubaca perkataan mirip nabi
Bahwa mereka merampokku secara
perlente
Tak butuh waktu untuk tahu
Apa maksudnya dengan perkataan itu
Banyak orang di meja makan
Tak punya cukup makanan
Tapi ada banyak pisau dan garpu
Dan mereka mesti terus merajangi
sesuatu
Maka suatu pagi
Kumenghambur pergi dari big city
ini
Merenggut tabir penglihatan
Menampak telanjang kenyataan
Tak lagi bernapsu-napsu
Pada langit Barat menawan palsu
Selamat tinggal New York kejam
Hallo harapan!
Comments