TEMBANG GUNUNG KAPUR (puisi)

Pakne thole
Makne thole
Ora duwe duwit njuk kepiye
Nyang kutho wae
Mburuh-mburuh sak kecekele
Kana Le ndang gage-gage
Bareng karo kanca-kancane
Ning nggugu karo mandore

Lautan gubuk beratap jemuran gaplek. Jalan kaki naik ke gunung. Bapa-Biyung menggempur batu. Matahari kapur jarak sejengkal dari bahu. Manusia tembaga bekerja. Kerja bukan lagi untuk amal-ibadah. Di gunung kapur setan jauh. Di sini saja hantu kemiskinan berkeliaran. Tak menawarkan neraka nanti. Tapi busung lapar hari ini. Bekerja adalah bertahan. Sekarang sudah menghitam. Kapan mereka jadi arang ?



Ah itu dilebih-lebihkan. Indonesia tak sedemikian parahnya. Masih ada tukang sate. Arang dijual. Tukang-tukang bertahan. Pembeli sate banyak duit. WNI wiraswasta. Jualan ayam atau mengimpor cengkih. Daging sumber protein spekulasi. Pegawai pemda akhir bulan bokek. Urusan kantor terima sogok. Beli sate hari Sabtu. Seragam ijo naik mobil dinas rame-rame. Polisi dan tentara ngurusi keamanan. Judi-narkoba perlu beking. Jendral makan sate kambing. Prajurit makan sate ayam. Demonstran lelah. Nasi bungkus dan sate usus.Boro padat karya dari daerah tandus. Terima kabar Bapa-Biyung meninggal. Matahari jalanan berjarak sejengkal saja. Sengatnya tersengal terik krisis menangisi. Jutaan orang miskin temui ajal. Dalam gerigi-tungku produksi nasional. Tapi Indonesia mati rasa. Manusia tembaga kedot nyawanya. Arang laku terima kasih. Wiraswasta, keamanan, pemda, politik; menyelamatkan ekonomi riil. Terima kasih Indonesia ... atas KTP nya.

Pakne thole
Makne thole
Ore duwe duwit njuk kepiye ?
Ben wae
Sing penting duwe KTP


Didot Klasta
Salatiga, awal 2000an

Comments

Popular posts from this blog

Keping Emas, Kemenyan dan Mer

KEEP DANCING WIE ... (kenangan terindah)

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)