KOMPLOTAN PASAR MODEREN

Sambel tumpang krecek.
Rempeyek tholo.
Anggur kolesom.
Teh tawar.

Pagi dingin berkutat dengan tandon - tandon peluh pasar yang tak pernah dingin.
Panas metabolisme kerja jelata menganak sungai los - los papan.
Ikan asin laut Juwana berenang di air muka migran sirkuler pinggir -pinggir kabupaten peudal - agraris.
Pukul tiga pagi mereka adalah laron, lalat dan tikus pembangunan kota.
Siloncat sigap dari L 300.
Menyetor tenaga bagi si malas babi makmur kota.
Menyetor desa bagi golongan pemangsa kota.
Dengan harga percuma.

Sambel goreng ati.
Krupuk udang.
Hemaviton.
Sari jeruk.

Kijang dinas Direktur Pasar membawa tuannya ber TURBA ria.
Seperti Sultan Harun Al Rasyid, sri paduka yang menyamar jadi pengecer kurma.

Menyerap aspirasi rakyat sambil mencekokkan kharisma aristokrat.
Sang Direktur melongoklah cuma, dari balik jendela kaca filem.
Cukup dengan kerut dahi ala petinggi, dipastikan bahwa sewa kapling, cicilan kios dan retribusi lancar.
Dan ketika warga pasar menanya tentang truk sampah, premanisme serta drainase ...
Sang Direktur sudah hilang dalam keangkuhan plat merah, karena handphone-nya berbunyi;
"Tetap sesuai rencana kan Pak ?"

Siangnya, kaok gagak tak biasanya.
Malamnya, seluruh blok lama terbakar habis.
Pagi esoknya ...
Sang Direktur, Sang Komisaris Besar, Sang Developer, Sang Bankir, Sang Dewan, Sang Eksekutif ...
Saling tilpon satu sama lain.
Saling merundingkan soal tahu sama tahu satu sama lain.
Sementara itu ...
Blok lama habis riwayatnya.

Comments

Popular posts from this blog

Keping Emas, Kemenyan dan Mer

KEEP DANCING WIE ... (kenangan terindah)

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)