PERCAKAPAN SUNTUK (racauan)


Orang-orang nongkrong di warung nasi rames sebelah bengkel tambal ban sepeda di bawah pohon kelengkeng mandul ini tak lagi bisa marah pada nasib yang tak ada dan bisnis memangsa yang nyata. Bukan sebab marah tak menyelesaikan masalah, tapi sebab ada yang lebih menusuk dari marah. Kesinisan pinggiran yang mencibir dan peduli setan dan jalan terus secara nekad menggembleng digembleng kenyataan sehari-hari dengan harga beras membumbung. Dan orang-orang penting di masyarakat mulutnya makin enak buat ditabok sebab lagaknya meninjau operasi pasar seperti gumpalan kentut tambun berpakaian politisi menyeka lemak nista pada gelambir-gelambir skandalnya. Lalu tak ada jago kampung berkokok lantang di desa-desa sedang dalam proses terus makin terbunuh.
Beberapa pasangan kebohongan dalam apartemen bebas banjir menyelesaikan persetubuhan yang tertunda-tunda secara intrik dan ogah-ogahan. Ada yang berjalan tersaruk-saruk sepanjang gang becek temaram. Bau minuman keras murah yang cepat bikin mabuk mubal-mubal menyaput cahaya lampu. Kaki-kaki gontai menendang kaleng biskuit palsu gontai mengejutkan anjing sekarat oleh racun pemakan anjing. Bayi menangis dicekik ibu menangis tak bersusu siapa bersalah tentu bukan buahdada yang layu tak indah dan operasi plastik hanya bagi artis-artis plastik berhidup plastik. Gubuk itu dibalut pendar-pendar cahaya ironi dalam hujan malam renai kota pesta petaka. Raja-raja kota kampanye-menggusur-kampanye-menggusur. Permaisuri-permaisuri kota shopping-bakti sosial-shopping-bakti sosial. Putri-putri kota dan Pangeran-pangeran kota menyusahkan masyarakat banyak. Bapak feudal dituding-tuding jidatnya oleh anak-anak kelas menengah. Crossboy broken home. Pohon rindang bergerak daunnya oleh situasi yang sangat aneh dalam skenario rembulan makan-memakan dengan matahari. Kesemuanya dimakan kekelaman awan. Gerilyawan kehilangan semangat juang menyanyi mars-mars pilu kalah perang untuk kemenangan pengecut di balik sandiwara kepahlawanan. Lampu merah begitu lama. Mesin-mesin mengunyah-ngunyahi energi. Ilusi-ilusi menunggu di sebalik pengkolan. Tak sabaran. Klakson-klakson saling tikam dari belakang. Sedan mulus menyibakkan arus. Anak jalanan menyeberang jalan tanpa lihat kiri-kanan sebab dikejar polisi pamong praja. Orang-orang tak menjerit. Suara-suara jatuh menitik bersama keringat dan airmata dan dentam-dentam di atas kap mesin dan kaca-kaca pecah. Lantas api pun berkobar.


DidotKlasta
Salatiga, 2007

Comments

Popular posts from this blog

Keping Emas, Kemenyan dan Mer

CERITA SAMAR DARI DUSUN KAMI (cerpen, kenangan terindah)

MERDIKOMU KUWI ...