PERCAKAPAN NGUNGUN (racauan)
Makne thole meringkuk badannya menggigil kedinginan.
Mau 70 tahun giginya bertanggalan rambut putih rontok satu demi satu. Jahe, vitamin
C, minyak kayu putih dengan 10 ribu perak yang tak mudah. Senewen dengan Pakne
thole yang dikira enggak tanggap padahal bingung begini-begitu serba salah … Yaaa
dinamika cinta aki-nini … Makin sepi kian tak terperi …Yaaa cinta ya cinta … Kian
tak terperi makin tak perlu arti. Sekarang kerentaan lelap diintai gunung kelam
itu. Aku tak mau kehilangan sedetikpun makna terjaga. Dan banyak resiko dalam tidur. Masyarakat obat
tidur berjalan dalam tidur. Melakukan hal-hal rahasia dan keji. Hingga
kelelahan ditimbun makna-makna bisa jadi tanpa makna. Hujan kelelahan. Aku
melihat penyanyi-penyanyi mengenang mister Boby Marley. Kemanusiaan … Cinta … Menentang … We don’t need … No more trouble ….
We don’t need … No more trouble ….
Seandainya ini semua tentang pertunjukan 1000 malam kasih-sayang tak usai-usai. Tapi ini 1000 malam kenyataan luka makin meluka-luka. Jakarta terkini membawaku ke kitab Nabi Nuh. Dengan Nuh-Nuh yang kaya mengendarai banjir. Nuh-Nuh miskin terpaksa menista Ciliwung. Untuk makan bayi-bayi bernegri kumuh Ciliwung. Suara tangis dibingkai televisi. Reporter derita manis-manis parasnya, demikian tuntutan kompetisi penyiaran. Ratus ribu orang mati belum habis ceritanya untuk dikonsumsi. Lembar-lembar belum terbaca betapa tebalnya untuk dikonsumsi. Duka dan duka dan duka dan luka ... Naga-naganya. Aku terhenti di baris ini. Dihentikan oleh ambisi seni sebab kegagalan sejauh ini. Kutunjukkan sim dan stnk lalu tancap lagi. Polisialaaaaan ... Polisialaaaaan ... Aku mendengar kenangan labirin tersingkir tengah-tengah kota besar. Seorang nenek tersenyum tak menunggu apa-apa hanya tersenyum saja. Pulang dari tak kemana-mana ke rumah yang sesungguhnya tak ada. Di tengah larut malam. Becak, pelacur, anak jalanan kuyu. 1000 nenek tersenyum melupakan dusun. Matanya membagi-bagi doa. Untuk hal-hal yang terlupakan.
Seandainya ini semua tentang pertunjukan 1000 malam kasih-sayang tak usai-usai. Tapi ini 1000 malam kenyataan luka makin meluka-luka. Jakarta terkini membawaku ke kitab Nabi Nuh. Dengan Nuh-Nuh yang kaya mengendarai banjir. Nuh-Nuh miskin terpaksa menista Ciliwung. Untuk makan bayi-bayi bernegri kumuh Ciliwung. Suara tangis dibingkai televisi. Reporter derita manis-manis parasnya, demikian tuntutan kompetisi penyiaran. Ratus ribu orang mati belum habis ceritanya untuk dikonsumsi. Lembar-lembar belum terbaca betapa tebalnya untuk dikonsumsi. Duka dan duka dan duka dan luka ... Naga-naganya. Aku terhenti di baris ini. Dihentikan oleh ambisi seni sebab kegagalan sejauh ini. Kutunjukkan sim dan stnk lalu tancap lagi. Polisialaaaaan ... Polisialaaaaan ... Aku mendengar kenangan labirin tersingkir tengah-tengah kota besar. Seorang nenek tersenyum tak menunggu apa-apa hanya tersenyum saja. Pulang dari tak kemana-mana ke rumah yang sesungguhnya tak ada. Di tengah larut malam. Becak, pelacur, anak jalanan kuyu. 1000 nenek tersenyum melupakan dusun. Matanya membagi-bagi doa. Untuk hal-hal yang terlupakan.
didotklasta
Salatiga, 2007
Comments