10 MANTRA MEDITASI Didik KB Harimurti

Muka Kita / Suwung / Sweet Potato Blues / Retrospeksi / Melampaui Kenyataan / Interlude Repetisi 2 / Antara Ibu, Anak dan 24 Jam Blues / Setengah Kwadrat / Bilik-Bilik Menara Babel / Ilmu Mandi


MUKA KITA

Selamat datang di masyarakat modal muka
Pergi pagi mencari apa saja
Pulang malam kosong tiada artinya

Ada yang perlente penuh wibawa
Ada yang ganteng cantik selalu bergaya
Ada yang kayaraya sibuk pamer harta benda
Ada yang sok pinter maha tahu segalanya
Ada yang berkuasa maunya ingin menang saja
Ada yang enjoy bagai dunia itu sudah sorga
Ada yang cuek gua-gua-gua dan gua
Lu-lu gak ada yang ada cuma gua
Ada yang tidak seperti manusia biasa

Selamat datang di masyarakat modal muka
Pergi pagi mencari apa saja
Pulang malam kosong tiada artinya
Seharian itu dan ini dan itu dan ini
Bermodal topeng begitu dan begini
Fleksibel sesuai kebutuhan-kebutuhan tersendiri
Sore pulang terus mandi
Jadi bersih merasa kembali fitri
Habis makan nonton tivi
Yang ditonton adalah kekonyolan-kekonyolan dunia ini
Lantas cuci muka sebelum mengais mimpi
BLA!
Cermin kosong. BLA!
Aku lupa wajah asliku kutaruh dimana
Ternyata di bawah kolong gelap dan merana
Berupa badut tertawa airmata
Pada hidupnya sendiri yang tak bermakna

Selamat datang di masyarakat modal muka
Pergi pagi mencari apa saja
Pulang malam kosong tiada artinya
Seharian hilir mudik di atas panggung sandiwara
Demi kebohongan-kebohongan yang sama esok harinya
BLA!
Cermin kosong. BLA!

2010


SUWUNG

Dua musisi ngelantur kehidupan
rangkaian chords dan licks metafisik
tanya jawab isi mengisi kantong bolong
tingkat tinggi tanpa langit tanpa puji
ngelmu maestro mbuh ora puguh
hooong ...
mereka seakan sedang memejamkan mata
tangan tertangkup membentuk namaste
bersila 30 senti mengawang daun lotus
gitar-gitar bergerak sendiri tari sufi free style
bahkan menyeruput kopi, mengempak keretek atau terbahak-bahak
dan sekelopak kamboja jatuh di kolam tua
tak menimbulkan gelombang
Dimanakah naskah Supersemar yang asli?
Benarkah narkoba menghancurkan anak bangsa?
Kenapa para tentara di Semarang menonton filem Senyap?
Apakah para polisi bisa dipercaya?
Adakah rahasia di balik heboh begal motor?
Apakah aku ingin ikut menyelamatkan Haji Lulung?
Menyesalkah dulu nyoblos presiden?
di luar matahari menyengat
ini musim panas sisa-sisa
untuk lantas daun berguguran hal biasa
dan kesunyian pun sama belaka
atau pertanda aku perlu sedikit bertapa
sambil olahraga barang sepush-up dua?

2015


FRIED SWEET POTATO BLUES

"Tambul sudah siap mas," ujar gadis kepang kuda berbando merah muda.
Vodka masih ada
Tapi nanti saja, tak enak tetangga
Sudah cukup bagiku jadi pahlawan kesiangan
Jangan tambah gelar peminum kepagian

Kamar itu sempit dan temaram
Lautan transistor dan padang pasir kenangan mememuhi tempat tidur
Lelaki tengah baya jongkok di atas kursi
Bercakap intim dengan sebuah konstelasi perkakas elektro gaya steampunk
Dia membuat Fulltone Compulsive Overdrive
Dan kupikir dimalam hari dia tidur di kolong dipan dengan posisi meditasi
Di perempatan kulihat seorang pemain harmonika
Berjalan dengan anak istri sarapan yamie spesial, mungkin?
Ah ... Tiba-tiba pagi ini begitu blues
Soundtracknya 'Orang-orang Bermasker Rindu'
Alun-alun sepi
Bapak tua bersandar sunyi ke pohon sunyi
Menumpahkan krisis ekonomi pada daun-daun hujan bulan Juni
Di sebelahnya kulihat secara psikadelik
Son House lolongkan Death Letter Blues
"Getasan bagaimana mbak?"
"Membludak Pak. Rumah Singgah full," kata The Milk Woman.
Lelaki bersuara parau yang mengatur lalulintas di pertigaan dengan gaya expresionis rock n roll itu tidak ada
Semoga baik-baik saja engkau wahai Trafficman blues!
"Saya dari Maluku Pak."
Si Keriting datang ke kota ini dua tahun lalu
Untuk menjaga toko makanan kucing dengan bell pintu yang membosankan
Semoga upahmu tak membosankan
God Bless you Petshopboy blues!
"Saya takut disuntik Mas!" tangis Pak Min sambil menimbang tomat.
Terserahlah … Pusing … Good luck Kelontong blues!
Perjalanan pulangku menjadi sureal
Roda mobil tidak merambah aspal seperti kereta Yudistira
Kalau raja bijak itu sebab kejujuran
Kalau aku sebab tekanan kenyataan
Dan rumah hijau Jalan C No. T menjadi poto vintage kover albumku nanti
Sementara celoteh anak-istri menyambut di dapur: Get real man ...
Aku mencuci tangan dengan doa Bapa Kami
Sluman Slumun Slamet
Sapa eling lan waspada bakale slamet
Rahayu Rahayu Rahayu

"Tambul sudah siap mas," ujar gadis kepang kuda berbando merah muda.
Vodka masih ada
Tapi nanti saja, tak enak tetangga

2021


RETROSPEKSI

Pohon pepaya itu aneh
Jarang buahnya
Pohon cabe lebat
Dekat jendela dan pedas
Ada layangan putus!
Jatuhnya di dahan-dahan mangga
Anak-anak miskin berebut naik
Tapi bukan lomba panjat pinang
Tapi hujan lalu tiba-tiba
Deras dan atap seng berisik
Air menyembur-nyembur
Dari mulut talang hijau kusam
Lewat parit menyusur dadap-dadap
Pelataran semen jadi genangan
Bungkus permen adalah kapal perang
Daun kering adalah kapal induk
Sampai sore pertempuran laut tak selesai-selesai
Hujan petir
Dewa bertempur tak selesai-selesai
Tukang bakso jongkok merokok
Pipa kuning di tritisan samping
Semua orang mati
Dalam tidurnya aku hidup sendiri
Dalam makrokosmos seluas mangkok miwon
Di teras baksoku berkepul
Perut hangat
Bibir merah
Muka aneh tapi asyik
Muka asyik tapi aneh
Bulir keringat bertumbukan dengan butir air tempias
Ini nyaman sekali
Aneh tapi asyik
Asyik tapi aneh
Dan ia lewat berpayung kuning
Rok merah bordir dakocan
Jalan kecipak menuju warung Bu Tardi
Aku ingin tersenyum
Tapi penthol bakso terkulum
Dan ia tetap tersenyum

Tentang senyum ...
Negri ini sekarang reformasi
Lalu ada yang hilang
Satu demi satu
Satu persatu berhilangan
Susul menyusul
Hilang lagi
Hilang lagi
Makin banyak lagi
Ini reformasi yang misteri
Dalam misteri ada ironi
Ada gelagat hilang
Tak tahu apa yang hilang
Sebaliknya kita tak menemukan apa-apa
Selain ketemu tanya :
Kehilangan APA?
Kucemas jika :
Segala-galanya

Awal 2000an


MELAMPAUI KENYATAAN

Berjalan secara melayang
Sepanjang jalan bukan rural bukan urban
Kanan kiri padang dan padang
Rumput, bebungaan melepas ke hutan
Di sana-sini terselip MP3
Senapan terpatahkan
Gitar, harmonika, tamborin, tifa
Orang-orang tanpa KTP menari riang sebab tak berKTP
Rumah kecil di atas bukit
Asap tipis dari dapur nasi tanak
Burung berkilap bersih bulunya
Balon-balon aneka warna
Orang-orang berpakaian kain perca dari bendera-bendera
Sesungguhnyalah saya ...
Sedang mencipta luar batas
Sejenak jadi makhluk Mars
Mengirim salam dengan antusiasme Budha
Apa kabar Sodara?
Apa kabar dunia?
Bagaimana cuaca?
Bagaimana di sana?
Saya sendiri sedang berusaha baik-baik saja
Dengan kenyataan yang lainnya

Awal 2000an


INTERLUDE REPETISI 2

Jam 4 pagi akhir Februari bertanda mati
Gelegar petir ternyata bukan mimpi
Terbangun dengan hujan mengelilingi
Mencari-cari ... Mencari-cari ...
Hawa dingin sekali
Baju jeans kebesaran, ketinggalam jaman dan lungsuran
Aku merasa aneh dan gamang
Merasa dibungkus hangatnya kesepian yang agak menyakitkan
Bersama kopi sore tadi yang tandas - cap cangkir
Tak yakin ... Apa ada orang lain?
Tak yakin ... Apa sebab perasaan akan orang lain?
Tak yakin ... Apa dipikirkan orang lain?
Tak yakin ...
Menyulut kompor, memasak air
Titik-titik susu kaleng terakhir - beberapa semut
Cumi-cumi di wajan warnanya kusam
Jiwaku lapar, napsuku muram
Mejik Jer mengelilingi
Di dalamnya orang-orang miskin – kepanasan
Aku merasa aneh dan gamang
Dalam gelap hanya api pembakaran tak sempurna
Desis air berbisik lewat mulut ceret tua
Saat mendidih terdengar menyayat
Tak yakin ... Ini hujan atau tekanan?
Tak yakin ... Buat apa terbangun kepagian?
Tak yakin ... Ada apa dengan kesendirian?
Tak yakin ...
Jam 4 pagi akhir Februari bertanda mati
Ironi hidup ini
Kebebasan harus dicari
Eureka!!!
Masih juga penjara, penjara dan penjara

Awal 2000an


ANTARA ANAK, IBU DAN 24 JAM BLUES

Seorang anak memandang jauh
Kaki langit terhalang benda-benda
Asing bertumbuh, bukan tumbuhan
Jika rimbun daun, diterobos bulan matahari
Batu-bata? Bahkan mencegat udara
Seorang anak mencari-cari cakrawala
Mungkin untuk bertukar cerita
Tentang peristiwa sehari-hari
Dan bagaimana nanti
Ada air terjun kecil, telaga kecil,
rumah kayu kecil, api hangat
Rembang petang, cuaca yang bagus
Kebahagiaan simpel sehari tadi
Keluarga sahaja bersyukur
Apapun yang terjadi
Dan ooo ... jebul itu wallpaper desktop komputer
Dan di luar kabut tebal
Orang-orang muram
Merutuki, mengasihani diri sendiri
Batuk dan cakap bergema berat
Tak ada yang bermain
Tak ada canda
Selain sandiwara
Cahaya dari jendela rumah telaga
Makan malam apa mereka?
Obrolan apa di sekeliling meja?
Begitu ringan dan merdeka
Hingga menebar di permukaan air
Bagai seribu sampan
Berkilau tiada khawatir
Antar tetangga melempar salam
Ahoooi!
Angin nyaman
Siapa mereka?
Si anak tak berkedip
Di belakangnya seorang tua
Jongkok menangis
Riwayat diringkas dalam sepetak kamar
Pampat sudah oleh tekanan
Dan usia yang memar-memar
Ingin berkata hidup ini bukan derita
Namun derita tak berakhir juga
"Ayo nak kita keluar barang sebentar …"
"Menghirup udara saja, yang cuma-cuma …"
"Barangkali Tuhan tergerak juga akhirnya …"
"Sebelum aku mati, sebelum kau tambah gila …"
"Kemana Ibu?'
Si Anak dan Si Tua
Kehabisan kata
Sementara di ruang sebelah
Tivi terus tertawa terbahak-bahak
Sinis mencibir
Dengan drama-drama
Si Anak dan Si Tua
Ketinggalan apakah?

2004-2005


BILIK-BILIK MENARA BABEL

Duka satu mendukai yang lain
Tikam satu menikami yang lain
Tak kunjung usai siksa ini
Karena kebencian terkutuk terus bertarung
Tak bisa mati-mati

Ada apa dengan kita?
Sepanjang jalan kecam-mengecam kemanusiaan
Bisu sebentar sebab terengah kesepian :
dalam perpisahan sombong
Lalu bertemu lagi untuk kian terengah lagi
Tetap dalam debat kemanusiaan
Membungkus racuan sepi :
tak lebih

Ada apa di antara kita?
Jika jumpa,
bebal menyombongkan kemanusiaan bebal
Padahal sepi di ulu hati,
memagut-magut udara komunikasi :
hampa

Awal 2000an


SETENGAH KWADRAT
(biasa saja;
tak percaya
di atas biasa;
tak mampu
di bawah biasa;
tak kuat)

Setengah gila (?)
Dibilang gila, tidak, aku waras
Dibilang waras, tidak, aku gila
Berdandan kondangan kaca benggala masyarakat
Dituding setengah-setengah lantas dipaksa berkilah
Dan kilah-kilah tak ada yang diterima
selain kilah mereka sendiri saja

Kalau begitu sekalian saja,
hidup cuma sekali
Waras, sekalian waras
Gila, sekalian gila
Tapi mimpi benar, bisa memilih-milih
Mau waras, bisa, mau gila, bisa
Memang bukan warga negara?
Kok bisa-bisanya merdeka?

Lantas bagaimana berkilah?
Ilusi masyarakat normal : berat
Patuh, penurut, sukses : normal
Berat
Itu bisa gila ... Bisa gila
Dan karena tak sukses,
meski mungkin sudah patuh dan penurut :
tidak normal

Setengah warga setengah usiran
Tetap tinggal, ditinggal pergi
Jika pergi dicurigai
Tragedi
Mau berbentuk, tak jadi-jadi
Waktu habis untuk berkilah
dan menelan kilah balasan
Deformasi
Pameran patung ini hari :
jam bezoek sekian sekian
Tragedi

Mau menjenguk?
Jika datang bawakan rokok alus
Dan harian terkini :
warta dehumanisasi

2004-2005


ILMU MANDI

Mandi setelah 5 hari tak mandi
Terasa bersih sekali
Makin menyembunyikan kerak daki di hati
Makin menyepuh kekotoran diri
Lux sabunnya para bintang
Tubuhku wangi dewi kayangan
Sambil menggosok kemaluan
Ingin mengaku salah pada tuhan
Tapi tuhan belum pulang
Sekarang jam perusahaan sampai petang
Jika kantoran negri tergantung kedudukan
Rendahan langsung ngobyek tambahan
Pejabat ...
Rapat atau maksiat-maksiatan
Ketika pulang
Selalu pas aku pergi
Maka kuteruskan mandi
Untuk ...
Untuk diulangi dan diulangi

Mandi setelah 5 hari tak mandi
Ketahuan
Beberapa aspekku berkarat membesi
Byuuur ...!!!
Prosesi
Untuk rutin lagi
Hidup 5 hari
Lantas mayat hidup lagi
Sejuta hari
Kian mengarat-membesi

Mandi setelah 5 hari tak mandi
Terasa perlu
Tak mandi 5 hari itu
Irit sampo
Perlu
Mengurangi konsumsi
Produksi melimpah
Kapitalisme krisis
Pengangguran?
Tenang ..
Banyak kerjaan
Kuli perang
Atau mesti beli dan beli dan beli
Di bawah ancaman
Fasisme iklan

2004 - 2005

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN