Posts

AKU, MEMBACA DAN MENULIS (kenangan terindah)

Image
Aku suka menggambar sejak sebelum masuk SD, itu awal 70an. Aku suka berteater sejak masuk kelompok teater di kampus, itu setelah setahun aku jadi mahasiswa; akhir 80an. Aku suka bermusik sejak mulai belajar main gitar, itu juga akhir 80an. Dan sejak kapan aku suka menulis? Aku putuskan saja bahwa awal kesukaanku menulis adalah ketika aku mulai menulis puisi dengan cukup serius. Sebelumnya aku lebih dahulu suka membaca puisi yang ada di majalah Kawanku dan Hai. Selain itu aku suka membaca cerita pendek, cerita bergambar, artikel pengetahuan populer hingga berita, khususnya olah raga. Melengkapi majalah Kawanku, Hai dan Bobo, di rumah masa kecilku dapat dikatakan ada seribu satu macam bacaan; Album Cerita Ternama, Kuncung, aneka komik silat dan super hero, Donal Bebek, Eppo, serial pengalaman Dr. Karl May, majalah bulanan Korpri – Krida, aneka majalah ‘wanita’, buku-buku inpres untuk perpustakaan sekolah, Api Di Bukit Menoreh dan koran Kompas serta Suara Karya.

BELENGGU! (puisi, naskah pertunjukan)

Image
Naskah untuk presentasi hasil workshop teater pendidikan kritis di Kampung Krajan Salatiga dengan partisipan anggota Teater Angka Nol Kampung Krajan dan Teater Kalangan, difasilitasi oleh DidotKlasta Harimurti - direktur Kalangan Kultura Media Salatiga. Belenggu! Ada yang meringkus tubuhku kaku ... Ada yang mencekik leherku sumpeg ... Ada yang membekap mulutku tak bisa bicara ... Ada yang menyumbat telingaku tak bisa dengar ... Ada yang menutup mataku tak bisa lihat ... Ada yang mengubur hatiku tak bisa merasa ... Ada yang memborgol otakku tak bisa berpikir ... Ada yang menodongku dengan remote control ... Ada yang menyirep kesadaranku ... Ada yang mengkerangkeng kemanusiaanku ... Belenggu! Ada penjara dimana-mana ... Penjara di sekolah-sekolah ... Penjara di kantor-kantor ... Penjara di super market ... Penjara di televisi ... Penjara di upacara resmi ... Penjara di pabrik-pabrik ... Penjara di nasehat-nasehat ... Penjara di sidang-sidang ... Penjara di kotbah-kotbah ... P...

DIGDO PERGI KE JOGJA (pengantar pameran seni rupa)

Image
HOREEE!!! Lama tak jumpa, tahu-tahu Digdo bertunggal ria! Dulu kalau mampir dan melihat lukisan berjubel di rumah sempit itu aku sering mendorongnya untuk berpameran tunggal. Setidaknya memasang ‘Galeri Kontemporer The Digdos’ di depan rumah pas berjejer dengan ‘terima servis elektronik’ kakaknya. Dia cuma senyum ogah-ogahan berkaos singlet khusyuk menghitung hasil jualan telor sehari itu yang harus langsung disetor ke juragannya. Dan pembicaraan pun berganti gosip seputar senirupa lokal atau sok nyambung dengan gelegar senirupa nasional. Atau malah tak dinyana tetangga yang problem datang membawa anggur kolesom dan kamipun menggombalkan hal-hal lebih konyol lagi ditemani makanan kecil yang disuguhkan ibunya. Aku kenal Digdo tahun 2008, ketika empat perupa Salatiga mengajakku membikin gebrakan di Surakarta. Bukan gebrakan pada dunia senirupa, tapi tepatnya tendangan di pantat kami sendiri untuk keluar sarang. Satu diantaranya ya Digdo ini. Sejak itu kami jadi berteman, apalagi dia s...

PERTARUNGAN-PERTARUNGAN #2 (kenangan terindah)

Image
Europese Lagere School (ELS) pertama, hanya sampai kelas 3. Sekarang SD Salatiga II. Dulu terkenal dengan sebutan SD Eropis, sekolahanku. Cukup banyak orang yang berkomentar bahwa potonganku khususnya wajahku selain ada unsur menarik hati atau membuat penasaran, juga ada unsur sangar. Soal menarik hati atau membuat penasaran tak usahlah kubahas karena sudah jelas dan biar demikian adanya, tapi untuk soal kesangaran, aku harus menceritakan sesuatu pada kalian supaya segalanya menjadi jelas. To Apa yang kau ketahui tentang lagu Apuse? Ya, sebuah lagu dari sebuah daerah yang kalau jaman Sukarno disebut Irian (Barat) dan katanya Irian adalah singkatan dari : ‘Ikut Republik Indonesia Anti Nederland, kalau jaman Suharto disebut Irian Jaya (mungkin maksudnya neo raja jawa gila kuasa harta jaya di Irian), terus sejak jaman Gus Dur disebut Papua katanya untuk memberikan pengakuan dan penghormatan terhadap cultural identity and cultural dignity, dan sementara itu ka...

KESEHATAN KOMUNITAS BERBASIS KOMUNITAS (?) (artikel)

Artikel ini adalah kontribusi saya untuk salah satu edisi Koran Komunitas yang diterbitkan oleh Lembaga Studi Kesetaraan, Aksi dan Refleksi (LSKaR) Salatiga. Sekarang sampai orang-orang di pinggir jalan, di pasar, di warung kopi, kasak-kusuk tentang tatanan baru yang bisa menopang kehidupan yang lebih baik bagi semua. Tahukah saudara ? Ada kenyataan mengkhawatirkan dimana potensi dan kekuatan nyata masyarakat (baca : komunitas) untuk menghadapi tantangan, memecahkan persoalan, memenuhi kebutuhan, meraih cita-cita dan mewujudkan harapannya telah dipisahkan ataupun diambilalih dari dirinya sendiri oleh berbagai pihak atau otoritas untuk kepentingan-kepentingan yang sejatinya bukan kepentingan komunitas. Pihak atau otoritas ini karena kekuatan pemaksa atau kuasanya menempatkan dirinya pada kedudukan lebih tinggi, istimewa dan tak tersentuh, yaitu kuasa modal dan kuasa politik. Misalnya saja, kemampuan komunitas untuk mengelola kebutuhan airnya sendiri diambilalih oleh sebuah otorit...

PERTARUNGAN-PERTARUNGAN #1 (kenangan terindah)

Image
Piknik SD. Salatiga 2 (Eropis) ke Sriwedari - Bale Kambang Solo. Kemungkinan tahun 1982, saat aku kelas 6. Di kanan Bu Ning guru agama katolik, di belakang Kang Wasito 'tukang kebun' (Pak Bon) sekolah. Kami; (depan) aku, Arifin, Nasradin. (belakang) Kairul(?), Suharwanto / Itheng, Tanto (kelas 5), Purwanto, Wahyu Kristiono. Cukup banyak orang yang berkomentar bahwa potonganku khususnya wajahku selain ada unsur menarik hati atau membuat penasaran, juga ada unsur sangar. Soal menarik hati atau membuat penasaran tak usahlah kubahas karena sudah jelas dan biar demikian adanya, tapi untuk soal kesangaran, aku harus menceritakan sesuatu pada kalian supaya segalanya menjadi jelas. Kis SD. Eropis dulu adalah sekolah hanya bagi sinyo-sinyo Eropah totok di Salatiga. Bangunannya agak muram namun keras perkasa. Tembok tebal kusam dan dingin, pintu-jendela besar nan tinggi berkusen total jati, tiang-tiang...

MINGGAT (kenangan terindah)

Pada hari Minggu yang cerah di medio ‘80an, Bapak pergi ke Jogja urusan keluarga, Ibu dimana kulupa, mungkin santai luluran sambil membaca majalah wanita. Di kamarku berkumpul temen-temenku; SyLg yang merupakan tetangga sebelah, ArYk dari kampung Krajan dan aku sendiri. Kami sedang berkutat mengotak-atik speaker dari radio tape recorder-ku. Ceritanya mencari cara biar suaranya lebih mantep. Tapi kami tak melakukan hal-hal elektronik bersolder, kawat tenol dan sekitarnya. Kami hanya perlu drei kembang dan dudukan pot bunga besar warna hijau kekuningan yang dalamnya berongga dan kalau dengan potnya ditaruh di ruang tamu rumahku bentuknya nampak berlebihan sebab ruang tamu rumahku kurang gaya. Caranya; copot speaker dari tape, lantas telungkupkan speaker itu di mulut dudukan pot menghadap ke bawah, maka suaranya akan agak jadi lebih jedug-jedug. Tepatnya jedung-jedung sebab ada unsur seperti sesuatu nyemplung sumur, tapi okelah.