Posts

JAMAN SEKARANG (artikel)

(hanya) Racauan sepanjang perjalanan panjang yang belum tentu tak berguna. Diambil dari salah satu edisi buletin Kabar Kalangan yang diterbitkan oleh Kalangan Kultura Media (dulu Lembaga Media Aksi Kalangan) Salatiga. Kawan, kau tentu tahu, ini tentang perjalanan sejarah agung menuju cakrawala cita-cita peradaban. Betapa kita telah begitu jauh dan tua namun tak kunjung lelah, tak kunjung ‘menjadi’, terus mencari bentuk hakiki. Saat-saat tertentu kita ingin sejenak minggir di bawah kerindangan bijak pohon asam uzur disemilirkan angin pelan sementara gerombolan burung terancam punah mengarah Barat bersama kesetiaan matahari … Tarik napas, ambil jarak dengan hiruk-pikuk kenyataan, mengamatinya secara jernih-mendalam untuk menemukan pengertian-pengertian, tetapi selalu tak mudah. Seperti mencoba memahami suatu konstelasi kesemrawutan namun berada (terjebak?!) dalam kesemrawutan itu. Potongan, serpihan, remah fakta-fakta dan fiksi-fiksi hilir-mudik keluar-masuk kepala. Terkadang beri

TENTANG KOTA BESAR (dari Bob Dylan)

Image
Menghambur ke daerah Barat yang liar Tinggalkan kota tercinta tak berhingar-bingar Kukira telah lihat segala sukses - sengsara Sampai akhirnya tiba di ini kota Banyak orang terpuruk mengaisi tanah Banyak gedung menjangkau langit megah Di New York saat musim dingin Angin bertiupkan salju sekeliling Berjalan tanpa tujuan Orang bisa beku hingga tulang Dan aku menggigil hingga tulang Koran kota menulis berita Ini terdingin sejak tujuh belas tahun sebelumnya Dan aku tak pernah lebih dingin sesudahnya Kuraih gitarku tua Meloncat ke kereta bawah tanah kota Menggelinding, terayun, terseok sepanjang jalan Tibalah di pusatnya keramaian : Greenwich Village, selamat datang

PENGAMEN PAGI (puisi)

Seorang pengamen pagi Ikat kepala macam generasi bunga Kacamata Elton John penuh aksi Kuning plastik sungguh gaya Dia datang petik intro lagu lama Pada sebuah gitar tua Pada sekian recehku sebagai kaum lebih punya Trima kasih Oom Tak bepergian Oom ? Rambutnya bagus Oom Permisi Oom Aku tersenyum antara suka dan terpaksa Seorang pengamen pagi pergi Menyisakan melodi Di mana tinggalnya ? Apa ceritanya ? Kuingin panggil dia kembali Sekedar tanya nama yang dia pasti punya Kan kucatat dalam buku Berjudul : daftar saudara Tapi pagar rumah membuat lupa Seorang pengamen pagi pergi Mengikuti dan diikuti angin entah penghujung kemarau ini Dan kutuliskan puisi Padamu lelaki entah, sampai nanti Jumat Kliwon 9 Oktober 2009

TUKANG PARKIR TUA (puisi)

Tukang parkir tua atas Pujasera Propesional, ramah dan bersahaja Tukang parkir tua prapatan toko Natalia mBecak 20an taon lamanya Asam urat menggrogoti kaki perkasa Kini bertahan sebisanya Tukang parkir tua rental film Q-men namanya Ngglesot di aspal merokok lintingan tak bernama Bagaimana dia punya cerita ? Tukang parkir tua Indonesia pusaka Kawan, teruskan ceritanya … Didot Klasta Salatiga 2010

PETANI DI TENGAH-TENGAH KOTA (puisi)

petani muda dengan anaknya belia di tengah-tengah kota sehabis panen tegal kering tak seberapa bakso pangsit di ceruk jalan jendral sudirman sekali-kali hiburan rumahnya ? jauh sana desa pinggiran mana ? tak kelihatan apa namanya ? tak kedengaran petani muda dengan anaknya belia di tengah-tengah kota ngungun mirip ketela sunyi jelata salatiga 2010

ORONG ORONG (cerpen)

Image
Fiksi Ilmiah, Didot Klasta Akhirnya … Surowelang, gegedhug bajingan yang sohor oleh cambang-brewoknya, kekejamannya, ilmu jaya-kasantikannya yang tinggi, sekaligus otak-kerbaunya, yang menjadi tangan kanan kesewenang-wenangan dari Ndoro Adipati Kanjeng Gusti Among Murko, sang penguasa tiran lalim tukang menindas dan suka memperkosa perempuan-perempuan muda itu pun menemui ajalnya di tangan seorang resi sakti mandraguna yang merupakan guru dari putra almarhum mantan Ndoro Adipati, Kanjeng Gusti Mangku Projo yang dulu telah dibunuh dalam sebuah kudeta berdarah oleh Kanjeng Gusti Among Murko, yaitu Raden Sastro yang ingin membalas dendam sekaligus merebut kembali kekuasaan, melalui gurunya itu. Namun ternyata resi sakti itu, yaitu Resi Langit, setelah Kanjeng Gusti Among Murko bunuh diri sebab tak punya andalan lagi, ternyata kemudian berbalik berpihak pada putra Kanjeng Gusti Among Murko, yaitu Raden Karto yang tiba-tiba muncul setelah sekian lama dinyatakan hilang dan segera mengam

DEMI CINTA

Kita tak bisa meneruskan lagi. Ini tak bisa dipertahan Bon. Sudah sekian lama terus kita usahakan, namun akhirnya aku harus percaya yang sekian lama tak kupercaya; aku tak akan bisa benar-benar memahamimu, seperti halnya kau pun tak akan bisa benar-benar memahamiku. Pahit memang … Namun tak apa-apa. Bagaimanapun kita telah mencoba, untuk berani saling mencinta, berani mengujinya secara nyata dengan menjalani ini semua, bersama. Jika ternyata, sesuatu yang kita bangun sekian lama ini tak berhasil, pasti ada sesuatu lain yang berhasil. Mungkin apa yang kucapai dan apa yang kau capai tak sama, namun aku yakin, kita sama-sama akan menjadi lebih baik. Seperti katamu; kita adalah dua bunga yang terus dan makin mekar. Kita tetaplah dua bunga dan dua penyiram bunga sekaligus. Akan tetap demikian, meski kita tak bisa lagi terus saling menyiram. Setidaknya, terima kasih untuk sekian waktu kau menyiramiku hingga aku tumbuh-mekar seperti sekarang ini. Sebaliknya kuharap apa yang kulakukan padamu s