Posts

Showing posts from 2015

SUATU SISTIM BERNAMA SETYO NOVANTO

Image
Pada sistim yang senantiasa memunculkan monster rakus sangat berkuasa semacam Setyo Novanto Papa Minta Saham, ironisnya kita juga senantiasa berharap, bahkan meratap, akan munculnya ksatria. Ya, ini sistim yang punya kemampuan melahirkan kebangsatan dan sekaligus kemanusiaan. Kelemahan sistim ini adalah; kebangsatan punya apa saja yang dibutuhkan untuk berkuasa. Terutama adalah kualitas kebangsatan itu sendiri. Sedang kemanusiaan sepanjang jaman terseok-seok karena hubungan kuasa-menguasai bertentangan dengan hakekat sifatnya. Dan jaman pun bergerak terus makin maju, termasuk ilmu kebangsatan, meninggalkan ilmu kemanusiaan yang kebingungan, seakan tidak kompatibel dengan 'tuntutan jaman' yang digerakkan oleh kekuasaan.

BERBEDA-BEDA TAPI SAMA SAJA

Image
Warna Sari Jajanan Moderen Dalam Msyarakat Tradisional Beberapa hari lalu saya menemukan suatu pemikiran cukup menarik di internet, yang mengetengahkan pertanyaan : kenapa kita lebih menekankan pada perbedaan? Kenapa kita lebih terobsesi dengan hal-hal perbedaan? Yang satu bersemboyan : perbedaan itu indah. Yang satunya berslogan : kamu berbeda maka kamu laknat. Bertolak-belakang, namun kedua-duanya sama-sama fokus pada perbedaan. Banyak hal indah sungguh-sungguh muncul dari penganut indahnya perbedaan. Tapi menurut saya lebih banyak lagi hal luar biasa tidak bermutu muncul dari aliran laknat-melaknat lantaran beda. Mulai dari luar biasa bodohnya - setidaknya naif, hingga luar biasa sadis-barbarnya. Saya cenderung lebih percaya bahwa titik tolak hubungan antar manusia yang lebih asyik adalah : persamaan. Inilah sebabnya kenapa saya berhubungan dengan manusia lain. Karena sama-sama manusia. Saya ingat sekali pada suatu hari delapan tahunan lalu mendapat peluang emas untuk kenal ...

KAMPUNGNYA UNYIL

Image
Mengelu-elukan Super Hero. Didot Klasta 10 Nopember adalah hari pahlawan, dan pada hari pahlawan ini kabar-kabar berseliweran bahwa Sarwo Edi Wibowo akan dipahlawankan. Kok bisa? Mungkin sebab komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (Kopassus tempo dulu) ini patriot pembela bangsa dan negara. Ya, ada kudengar konon dia mengatakan pada Lik Permadi 'penyambung lidah Sukarno' (Sukarno sendiri adalah 'penyambung lidah rakyat', jadi bayangkan ....) bahwa 50 tahunan lalu 3 juta komunis dibunuh atas perintahnya. Ada kubaca pembasmian ini sebab komunis mengancam keselamatan bangsa dan negara lewat pemberontakan khianat sangat jahat bernama 'G-30-S/PKI'.

KEAJAIBAN DUNIA BERNAMA MINUMAN KERAS (kenangan terindah)

Image
Peminum Berat Kehidupan, DidotKlasta 2015 Boleh dikata hanya ada dua liburan sekolah masa kecilku yang paling mengesankan dibanding total semua liburan sekolahku mulai dari SD sampai SMA. Pertama adalah liburan kenaikan kelas dari kelas 2 naik ke kelas 3 SMP (Negeri 1 Salatiga, boleh dikata secara umum merupakan pangkalannya anak-anak paling pandai di kota ini). Mengesankan sebab pada liburan inilah untuk pertama kalinya aku tersayat sembilu cinta monyet yang meraja tak berkesudahan pada seorang dara T dari kota S 50an kilo dari kota kecilku tercinta Salatiga. Ceritanya dia berlibur ke rumah tantenya, Y - istri seorang pelaut jarang pulang, persis di belakang rumahku. Kita semua pasti tak asinglah dengan proses kimiawinya … Sekian kali berpapasan, bertemu pandang, caranya menyuapi keponakannya yang menarik hati, bando dan blues merah berenda putih yang tak lekang waktu, langkah kaki ‘putri solo’nya yang serasa tak menyentuh tanah, pesona anggukan halusnya padaku saat melintas sampi...

PUPUTAN KABUDAYAN (naskah pidato)

Image
Tulisan ini adalah naskah pidato yang dipesan adik saya dan teman-temannya untuk perayaan kelahiran sanggar seni tari berbasis komunitas SANGGAR TIRTA di desa Tirto dekat Parangtritis kab. Bantul DIY, dulu awal 2000an pas mereka masih jadi mahasiswa gress di ISI Jogjakarta jurusan tari. Seingatku, Ibu juga membikin naskah untuk pidato yang sama. Aku lupa apakah kami bikin sendiri-sendiri, ataukah kolaborasi. Kalau bikin sendiri-sendiri maka aku juga lupa pidato mana yang dipakai. Semoga yang ini :) sorry Mami, you're the best forever. Bung Karno, proklamator kemerdekaan Indonesia sedang berpidato. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Kakakku, Adikku, Sodara-sodaraku terkasih sebangsa setanah air warga pedukuhan. Sugeng Ndalu. Salam Sejahtera. Merdeka ! Puja-puji dan ucapan syukur kita panjatkan ke hadapan Tuhan, atas segala berkat, rahmat, dan kuasaNya yang telah mengayomi dan meridhoi keindahan malam ini. Di mana kita dapat berkumpul, berba...

ALI, HIKAYAT 'PREMAN' YANG MASUK SORGA (kenangan terindah)

Image
Sebagian anak-anak Rumah Bambu Mungkin karena makin merasa tua, kesepian dan hidup hampa tiada arti, bersama sejumlah teman mahasiswa sebuah universitas di Salatiga aku menginisiasi kegiatan belajar luar sekolah bagi anak-anak rakyat jelata di sekitar kampungku Jagalan, itu awal 2000an. Inisiatif ini disambut sangat antusias oleh anak-anak dan orang tua mereka. Sebab gratisan? Menyimpulkan ‘gratisan’ sebagai kunci animo rakyat adalah penyederhanaan ceroboh dan menghina. Beberapa orang tua bahkan menemuiku untuk menanyakan tentang uang yang bisa mereka kontribusikan dengan alasan kegiatan seperti ini tentu perlu biaya. Mungkin saja keinginan untuk bisa mengakses sebuah media belajar yang ‘dekat’ dengan kehidupan mereka, bahkan bagian organik dari keseharian mereka, adalah dorongan yang bisa jadi lebih utama. Mungkin ini sekedar bukti tentang menariknya ‘belajar’ dan tidak menariknya ‘sekolah’, serta fakta kurangnya media belajar luar sekolah yang terjangkau. ‘Terjangkau’ dalam sega...

SEBATANG POHON [pengantar pameran seni rupa]

Tulisan pengantar untuk pameran senirupa dalam Festival Mata Air 4 ½ 2010. Syahdan ada lomba naskah drama bertema ‘KDRT’. Ada lagi buku antologi puisi ‘lumpur Lapindo’. Ada pula album campur sari koplo all stars ‘Contrenglah Si Gembur!’. Dan ini kali ada pameran seni rupa ‘lingkungan hidup’ dalam Festival Mata Air 4 ½ di Kampung Seni Lerep Ungaran yang diselenggarakan oleh komunitas aktifis pelestarian lingkungan Salatiga, Tanam Untuk Kehidupan. Ulasan kuratorial tekhnis merupa-ria bukan kompetensi saya, maka tulisan ini sekedar corat-coret alakadarnya yang mencoba mengantar apresiasi publik lewat sorotan fenomena ‘karya (fiksi) dalam rangka’, khususnya bidang seni rupa dan hubungannya dengan fakta dari issu yang di angkat. Pernah dalam sebuah diskusi sekenanya muncul sodoran (yang masih perlu diuji validitasnya); “Visualisasi masalah lingkungan yang cenderung menampilkan obyek/tema seputar pohon” Debat pun terjadi. Sini berpendapat bahwa wilayah lingkungan hidup sangat luas ...

AKU DAN PEMILU (kenangan terindah)

Image
Dari mulut gang ke Asrama yang diapit oleh pagar tembok tua gedung SKP (Sekolah Ketrampilan Putri) dan warung rujak – lotek Bu K, aku melihat T nampak gagah penuh energi dengan jaket hijau doreng kuning hitam dalam derap langkah barisan simpatisan PPP dari arah kolam renang Kalitaman naik menuju Jalan Pemuda sambil menyanyikan lagu Pring Reketeg Gunung Gamping Gempal, sementara di lapangan bola Tamansari berseberangan dengan bundaran tugu jam seorang tentara muda mengisi magasin senapan otomatisnya di dekat pohon kamboja. Demikian dua kelebatan memori samar tentang pemilu masa kecilku di kota kecilku Salatiga. T waktu itu sudah menjadi remaja setengah pemuda. Si hitam wajah jawa anak dari keluarga miskin di kampung Krajan, bapaknya penarik becak, kakak tertuanya penarik becak, kakaknya yang nomer dua penarik becak, dia sendiri sebelum menjadi pelatih tenis top adalah penjaga bola, namun aku lupa apakah sebelum jadi penjaga bola dia juga menarik becak. Aku mengenal T sebab dia melat...

BOB DYLAN, DR. KING, GANDHI, YESUS HINGGA JUTAAN TAK BERNAMA

Image
Berikut ini renungan ringan saya yang jadi pengiring pameran seri ketiga dari projek seni saya mengenai pembasmian komunis Indonesia; THEY KILLED THEM di Moores Building Contemporary Art Gallery, Fremantle Western Australia Januari - Februari 2015. Poto karya silahkan ditengok di  http://www.didotklasta.com/art-projects-on-65/ Salah satu elemen karya instalasi They Killed Them, didot klasta They Killed Them adalah karya seri ketiga dari Project 65, yaitu projek seni saya tentang pembasmian kaum komunis dan penghancuran gerakan politik kerakyatan Indonesia di tahun 1965. Sebagian orang yang prihatin menyebut peristiwa ini Tragedi 65. Sebagian yang lain meyakini bahwa kekerasan-kekerasan yang terjadi itu adalah konsekuensi dari kewajiban suci membela tuhan dari ancaman kaum ateis penuh dosa. Sebagian yang lain lagi dengan bangga mengesahkan cerita tentang tindakan patriotik demi keselamatan dan kejayaan Negara. Sebagian besar orang termasuk masyarakat internasional menganggap b...

AKU, MEMBACA DAN MENULIS (kenangan terindah)

Image
Aku suka menggambar sejak sebelum masuk SD, itu awal 70an. Aku suka berteater sejak masuk kelompok teater di kampus, itu setelah setahun aku jadi mahasiswa; akhir 80an. Aku suka bermusik sejak mulai belajar main gitar, itu juga akhir 80an. Dan sejak kapan aku suka menulis? Aku putuskan saja bahwa awal kesukaanku menulis adalah ketika aku mulai menulis puisi dengan cukup serius. Sebelumnya aku lebih dahulu suka membaca puisi yang ada di majalah Kawanku dan Hai. Selain itu aku suka membaca cerita pendek, cerita bergambar, artikel pengetahuan populer hingga berita, khususnya olah raga. Melengkapi majalah Kawanku, Hai dan Bobo, di rumah masa kecilku dapat dikatakan ada seribu satu macam bacaan; Album Cerita Ternama, Kuncung, aneka komik silat dan super hero, Donal Bebek, Eppo, serial pengalaman Dr. Karl May, majalah bulanan Korpri – Krida, aneka majalah ‘wanita’, buku-buku inpres untuk perpustakaan sekolah, Api Di Bukit Menoreh dan koran Kompas serta Suara Karya.

BELENGGU! (puisi, naskah pertunjukan)

Image
Naskah untuk presentasi hasil workshop teater pendidikan kritis di Kampung Krajan Salatiga dengan partisipan anggota Teater Angka Nol Kampung Krajan dan Teater Kalangan, difasilitasi oleh DidotKlasta Harimurti - direktur Kalangan Kultura Media Salatiga. Belenggu! Ada yang meringkus tubuhku kaku ... Ada yang mencekik leherku sumpeg ... Ada yang membekap mulutku tak bisa bicara ... Ada yang menyumbat telingaku tak bisa dengar ... Ada yang menutup mataku tak bisa lihat ... Ada yang mengubur hatiku tak bisa merasa ... Ada yang memborgol otakku tak bisa berpikir ... Ada yang menodongku dengan remote control ... Ada yang menyirep kesadaranku ... Ada yang mengkerangkeng kemanusiaanku ... Belenggu! Ada penjara dimana-mana ... Penjara di sekolah-sekolah ... Penjara di kantor-kantor ... Penjara di super market ... Penjara di televisi ... Penjara di upacara resmi ... Penjara di pabrik-pabrik ... Penjara di nasehat-nasehat ... Penjara di sidang-sidang ... Penjara di kotbah-kotbah ... P...

DIGDO PERGI KE JOGJA (pengantar pameran seni rupa)

Image
HOREEE!!! Lama tak jumpa, tahu-tahu Digdo bertunggal ria! Dulu kalau mampir dan melihat lukisan berjubel di rumah sempit itu aku sering mendorongnya untuk berpameran tunggal. Setidaknya memasang ‘Galeri Kontemporer The Digdos’ di depan rumah pas berjejer dengan ‘terima servis elektronik’ kakaknya. Dia cuma senyum ogah-ogahan berkaos singlet khusyuk menghitung hasil jualan telor sehari itu yang harus langsung disetor ke juragannya. Dan pembicaraan pun berganti gosip seputar senirupa lokal atau sok nyambung dengan gelegar senirupa nasional. Atau malah tak dinyana tetangga yang problem datang membawa anggur kolesom dan kamipun menggombalkan hal-hal lebih konyol lagi ditemani makanan kecil yang disuguhkan ibunya. Aku kenal Digdo tahun 2008, ketika empat perupa Salatiga mengajakku membikin gebrakan di Surakarta. Bukan gebrakan pada dunia senirupa, tapi tepatnya tendangan di pantat kami sendiri untuk keluar sarang. Satu diantaranya ya Digdo ini. Sejak itu kami jadi berteman, apalagi dia s...