SALAH SATU KEAJAIBAN DUNIA BERNAMA MINUMAN KERAS (kenangan terindah)

Peminum Berat Kehidupan, DidotKlasta 2015
Boleh dikata hanya ada dua liburan sekolah masa kecilku yang paling mengesankan dibanding total semua liburan sekolahku mulai dari SD sampai SMA. Pertama adalah liburan kenaikan kelas dari kelas 2 naik ke kelas 3 SMP (Negeri 1 Salatiga, boleh dikata secara umum merupakan pangkalannya anak-anak paling pandai di kota ini). Mengesankan sebab pada liburan inilah untuk pertama kalinya aku tersayat sembilu cinta monyet yang meraja tak berkesudahan pada seorang dara T dari kota S 50an kilo dari kota kecilku tercinta Salatiga. Ceritanya dia berlibur ke rumah tantenya, Y - istri seorang pelaut jarang pulang, persis di belakang rumahku. Kita semua pasti tak asinglah dengan proses kimiawinya … Sekian kali berpapasan, bertemu pandang, caranya menyuapi keponakannya yang menarik hati, bando dan blues merah berenda putih yang tak lekang waktu, langkah kaki ‘putri solo’nya yang serasa tak menyentuh tanah, pesona anggukan halusnya padaku saat melintas samping rumah sementara aku lagi asyik bermain seruling, dan sekali dua mengintipnya dari lubang ventilasi sedang duduk manis nonton tivi … Maka monyet-monyet lucu berwarna ungu nan usil merepotkan itu pun bersemilah di hatiku. (Keseluruhan jagad cinta monyet pada Dara T ini memadat dalam satu puisiku disini http://kotbahdidotklasta.blogspot.com.au/2012/01/mata-indah-mata-sapi.html
Tragedinya; sampai dia pulang kembali ke kotanya walau kami faktanya sudah saling tersenyum penuh arti namun aku tidak berani bertanya siapakah gerangan namanya. Laksana kanvas, perlu setahunan lebih untuk menimpa lukisan tragedi itu dengan lukisan monyet-monyet ungu baru, yang celakanya merupakan tragedi berikutnya. Begitulah.

Yang kedua adalah liburan kelulusan SMP. Karena sekali tempo ingin juga berjiwa petualang, kami bertiga D, Y dan aku sendiri pergilah berkemah ke area mata air sekaligus situs bangunan purbakala sekaligus pusat kebathinan jawa Senjoyo yang berada di desa kelahiran ibuku, Tegalwaton pinggiran Selatan kota Salatiga. Bahwa hanya karena hawa dingin akhirnya Y mengkhianati korsa pramuka-nya dengan pindah tidur di rumah simbahku tak jauh dari tempat kami kemah dan pagi-pagi disediakan bubur ketan kinco serta teh manis oleh bulik-ku, tentu saja bukanlah hal mengesankan. Itu menjengkelkan. Bahwa tempat kami berkemah adalah di lokasi sumur bandungdekat reruntuhan candi utama yang terkenal wingit tak sembarang orang berani melewatkan malam di sekitar situ dan mungkin sekali sepanjang sejarah perkemahan dunia kami adalah yang pertama kemah di situ, terus-terang itu biasa saja bagiku. Lantas apa yang mengesankan? Begini …

Di Salatiga ada sebuah kampung bernama Pungkursari. Beberapa orang Tionghoa klas menengah bawah, warung lothek kolak bubur Mbah J, dan Pak guru C adalah hal-hal yang lekat dalam kepalaku jika kenanganku tiba-tiba berkunjung ke Pungkursari, khususnya yang terakhir. Pak C adalah guru tua sisa-sisa gemblengan jaman Belanda yang menjadi pengajar seni karawitan di SMP 2. Semua anak sering membicarakan dengan ketawa-ketawa betapa galaknya guru satu ini yang suka melempar muridnya dengan pemukul gamelan. Bahkan ibuku masih ingat jadi muridnya di jaman SGB Puteri!

Nah, satu hal lagi tentang Pungkursari yang penting bagi acara kemahku, menurut informasi dari D, di kampung ini tersebutlah sebuah pabrik pembuatan minuman keras. Maksudnya pabrik kecil-kecilan, dengan produksi bernama Anggur Monakom dijualnya secara literan. Seingatku D yang punya ide agar kami membawa minuman keras saat kemah serta merekomendasikan Monakom. D sudah biasa dengan dunia judi adu ayam dan judi dadu sejak SD. Dia juga sudah menjalani beberapa perkelahian dan bapaknya adalah bekas kombatan Tentara Pelajar yang disegani dikalangan orang-orang kuat lokal. Jadi kesimpulannya, D lebih berpengalaman dengan ‘kerasnya dunia luar’ dibanding Y dan aku, maka kami setuju saja dengan ide Monakom itu. Oya, sedang seplastik besar kacang atom sebagai teman minuman keras nanti, tentu saja adalah ideku.

Malam dingin sunyi. Udara bergeser-geser lambat dan mistis. Suara kodok-kodok besar yang sekarang sudah jarang terdengar sebab problem ekosistim, saat itu masih riuh bersahut-sahutan. Kami membuat api unggun di pelataran reruntuhan candi, duduk melingkar membicarakan cewek sambil mulut berkepul-kepul mungkin. D mengeluarkan botol berisi cairan coklat gelap yang ditunggu-tunggu. Aku tentu saja menyambar plastik kacang atom. Dan Monakom pun dituang. Slruuuuuuuuup …. Oooooh My Gooood … Aku memang belum pernah minum sirup dicampur spiritus, seekor kalajengking besar, segumpal api dan sebait mantra paling jahanam, namun bisa jadi seperti itulah sensasinya. Dalam waktu setegukan sontak aku bagai mengalami semacam transformasi mental menjadi Didik Kabe yang tampil beda! Akan terlalu berlebihan kalau kugambarkan bahwa rambut kritingku langsung jadi lurus njegrak-njegrak atau tiba-tiba di lenganku muncul tattoo tengkorak lucu bertulis ‘nikmati hari ini, ingat kelak mati’ seperti yang ada di lengan O; salah satu berandal paling ternama se Salatiga. Tetapi kalau kukatakan malam itu adalah bagai inisiasi, benar adanya. Ya, inisiasi. Itulah saat pertama kalinya aku minum minuman keras.

Seperti kebanyakan para pemula, sejujurnya minuman keras itu tak ada enaknya. Sudah kukatakan; semacam campuran sirup, spiritus, seekor kalajengking besar, segumpal api dan sebait mantra paling jahanam. Tetapi sesuatu yang basah merayap itu, sambil menyengat-nyengat sepanjang lorong kerongkongan menyebar sihir kesadaran ke segenap pelosok tubuh, membuatmu bergetar oleh ekstase diri … Membuatmu berpikir secara lain, berbicara secara lain, bergerak secara lain dan memandang realita dunia jadi bergoyang-goyang … Membuatmu merasuk dalam irama tuang-teguk-kriuk-kriuk-tuang-teguk-kriuk-kriuk seperti musik pengiring kuda lumping … Berputar … Berputar … Makin cepat … Makin pekat … Dan muntahlah aku sejadi-jadinya sambil dipegang kuat-kuat oleh D sebab rasanya aku ingin berlari loncat masuk ke telaga seperti kesurupan. Akhirnya aku terpuruk tak berdaya di luar kemah dijaga oleh D dengan pisau berpangkal kepala garuda yang sebenarnya hanya pisau hiasan, dibeli Bapak waktu piknik ke Jakarta. Oooooh My Goooood … Dan sepanjang malam aku tak henti meratap dan meratap memohon ampun pada Paduka Yang Perkasa Anggur Monakom keparat itu sampai tahu-tahu sudah hampir siang hari. Demikianlah liburan kelulusanku dari SMP yang sangat mengesankan, sebab di saat itulah aku mendapat pengalaman pertama minum minuman keras.

Semenjak itu secara pelan step by step karir minumku pun menanjak. Dari mulai KTI, Drum dimasa SMA dan tangkur, arak beras dimasa awal jadi mahasiswa, kemudian aku berkenalan dengan vodka dan sekitarnya sampai drop out kuliah. Setelah mengambil sekian waktu untuk istirahat dan merenungkan kenapa aku drop out, kemudian aku pun kembali ke belantara rimba minuman keras. Kali ini wawasanku semakin luas. Aku pun mengenal lapen, ginseng, cong yang anggur merah, topi miring, intisari, cap tikus, newport, arak wangi, ciu dan lain sebagainya, termasuk sampai dicampur dengan rica-rica waung atau durian. Bir? Ah, itu bukan sesuatu yang serius.

Seperti halnya proses pencapaian mistik, kau akan memulai dari satu hal, kemudian melebar kemana-mana, kemudian mengkerucut kembali menjadi satu hal; esensi. Begitu juga dengan karir minumku. Setelah pengembaraan jatuh-bangun bertahun-tahun, akhirnya, seiring dengan ketemunya aku dengan kekasih hatiku yang kemudian menjadi istriku, perjalanan panjang ini pun membawaku pada Anggur Kolesom. Ya, aku pun menemukan bahwa di balik ini semua ternyata esensinya adalah Kolesom. Pada minuman satu inilah kutemukan puncak kenikmatan material dan spiritual dari minum. Proporsi pahit-manis-asamnya yang sempurna … Kandungan alkoholnya yang bersahaja … Rasa berat yang begitu mantap dan substansial ketika direguk … Bentuk botolnya yang sensual …. Dan tentu saja gambar si tua-tua keladi berjenggot yang tak akan pernah terlupakan. Begitulah semenjak itu aku hanya minum Kolesom, sebotol untuk dua tiga hari karena mahalnya. Kecuali kalau aku sedang bertengkar dengan istriku, semalam bisa setengah botol bahkan lebih. Memang di luar negeri aku minum aneka macam anggur dan spirits, namun ini tidak sama dengan ‘minum’ di negeriku. Di dunia Barat moderen (maksudku Australia) minum adalah kehidupan sehari-hari, di negeriku ‘minum’ adalah ritus, ada kedalaman di situ, ada panggilan-panggilan arkaik ketika orang-orang duduk melingkar menggilir gelas.

Belum lama ginjal kiriku kena infeksi dan ada batu di ginjalku sebelah kanan. Aku pernah mengalami hal itu beberapa kali dan pertama mengalaminya awal tahun 90an. Sebelumnya aku biasa saja, tak jadi prihatin dan membuat perombakan-perombakan drastis dalam pola hidupku. Namun kali ini aku cukup memikirkannya. Aku dan istriku sudah berjanji untuk hidup berbahagia bersama setidaknya hingga umur 80 tahun, sebuah alasan suci untuk berjuang sehat, antara lain dengan mengurangi minum minuman keras dan memperbanyak minum air putih. Tidak mudah, apalagi jika kau telah menemukan keindahan di balik ‘campuran sirup, spiritus, seekor kalajengking besar, segumpal api dan sebait mantra paling jahanam’ itu. Tapi pasti bisa, meskipun untuk menyelesaikan tulisan tak serius ini misalnya, aku masih perlu dua sloki wiski, pasti bisa!


DidotKlasta
Mosman Park, Perth Australia, Juli 2015

Keterangan.
kinco : (bahasa jawa) cairan manis dari gula jawa direbus
bulik : (bahasa jawa) perempuan adik ibu atau bapak = tante
sumur bandung : (bahasa jawa) seperti sumur pada umumnya, namun kalau tidak keliru airnya tidak untuk ditimba sembarangan. Juga bisa berarti mata air kecil yang dalam. Biasanya dihubungkan dengan hal-hal supranatural. ‘Sumur bandung’ ditemui di berbagai tempat yang wingit.
wingit : (bahasa jawa) campuran antara angker dan berdaya mistis, terkait dengan tempat.
SGB Puteri : Sekolah Guru Bawah Puteri. Sekolah pendidikan guru di jaman pra Orde Baru, sebelum ada SPG (Sekolah Pendidikan Guru). ‘Bawah’ maksudnya dari lulus SD langsung masuk SGB selama empat tahun, lulus lantas jadi guru. ‘Puteri’ maksudnya sekolah ini khusus bagi perempuan, jadi juga ada yang khusus bagi pria.
njegrak-njegrak : (bahasa jawa) berdiri lurus kaku ke atas, terkait dengan rambut atau bulu.
waung : (bahasa jawa) anjing.
spirits : (bahasa inggris) aneka jenis minuman keras tapi bukan anggur.

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN