ALI, HIKAYAT 'PREMAN' YANG MASUK SORGA (kenangan terindah)
Sebagian anak-anak Rumah Bambu Mungkin karena makin merasa tua, kesepian dan hidup hampa tiada arti, bersama sejumlah teman mahasiswa sebuah universitas di Salatiga aku menginisiasi kegiatan belajar luar sekolah bagi anak-anak rakyat jelata di sekitar kampungku Jagalan, itu awal 2000an. Inisiatif ini disambut sangat antusias oleh anak-anak dan orang tua mereka. Sebab gratisan? Menyimpulkan ‘gratisan’ sebagai kunci animo rakyat adalah penyederhanaan ceroboh dan menghina. Beberapa orang tua bahkan menemuiku untuk menanyakan tentang uang yang bisa mereka kontribusikan dengan alasan kegiatan seperti ini tentu perlu biaya. Mungkin saja keinginan untuk bisa mengakses sebuah media belajar yang ‘dekat’ dengan kehidupan mereka, bahkan bagian organik dari keseharian mereka, adalah dorongan yang bisa jadi lebih utama. Mungkin ini sekedar bukti tentang menariknya ‘belajar’ dan tidak menariknya ‘sekolah’, serta fakta kurangnya media belajar luar sekolah yang terjangkau. ‘Terjangkau’ dalam sega