Posts

SOLO SIREP part 2 - geguritan koplo

Iki jan wengi. Saking dene le nggrantes. Wengine dak wening-weningke. Weninge ethok-ethok njedhul putri. Putrine ujug-ujug nggandheng tanganku. 'Halo Darling ...' Aku misuh. Ojo-ojo konangan, ndhepipis lagi ngrogohi separo atiku dhewe; karo mbayang-mbayangke. solo awal 90an

SOLO SIREP part 1 - geguritan koplo

Lampu wus padha murup. Paling gumebyar lestoran Diamon. Aku ...? Ana kene wae pojok kutha. Grombolan wong kewengen. Mbayangke sedan. Bocah enom nggaya trek-trekan setan jalanan. Duwit ngepres ngampet rokok. 'He ! Ojo mencuri pandang ! Aku dudu Ali Topan ! Maneh cowokmu iku sangar tenan ...' Gusti Gusti ... Aku mung kaya wong ilang. Diece pepadhangan. Gak penampilan. Lan separo atiku. Mabul-mabul ; dhewe. solo awal 90an

RETROSPEKSI - romantika dan hal lain (puisi)

Image
Mencari Sesuatu Sekaligus Menemukan Sesuatu, Didot Klasta Pohon pepaya itu aneh. Jarang buahnya. Pohon cabe lebat. Dekat jendela dan pedas. Ada layangan putus ! Jatuhnya di dahan-dahan mangga. Anak-anak miskin berebut naik. Tapi bukan lomba panjat pinang. Tapi hujan lalu tiba-tiba. Deras dan atap seng berisik. Air menyembur-nyembur. Dari mulut talang hijau kusam. Lewat parit menyusur dadap-dadap. Pelataran semen jadi genangan. Bungkus permen adalah kapal perang. Daun kering adalah kapal induk. Sampai sore pertempuran laut tak selesai-selesai. Hujan petir. Dewa bertempur tak selesai-selesai. Tukang bakso jongkok merokok. Pipa kuning di tritisan samping. Semua orang mati. Dalam tidurnya aku hidup sendiri. Dalam makrokosmos seluas mangkok miwon. Di teras baksoku berkepul.

REFRESING

Memandang gerumbul-gerumbul ketela pohon Ada yang memanggil Tak meminta datang Tandan pisang kepok berbekas burung Pokok melinjo setinggi pinggang Pelepah kelapa melorot Kucing berburu Rumput bau hujan Tanah gembur Seekor cacing Kadal menyelusup Langkah kaki pergi Mega mendung LOSPEKER Pengumuman Ada yang mati Ini kali Peringatan Aku bakal mati Kapan nanti Jangan kini Memandang gerumbul-gerumbul ketela pohon Kuberbalik perlahan menutup lengkong Cemas ketahuan Dan dipanggil petugas jibril salatiga awal 2000an

ORANG BERUNTUNG

Orang beruntung Jika dapat berjalan dengan seseorang Bersisihan hingga ajal Menyusuri jalan rompal panjang Cinta Kebebasan Dan kesederhanaan Bahkan tak pernah bertengkar Setidaknya jika satu menengkar Yang lain sabar Itu kekasih Tentu ada waktu-waktu bersetubuh Dan orang beruntung benihnya subur Maka anak mereka banyak Manis-manis bukan sebab rawatan iklan Melainkan asuhan kebahagiaan Dan kebahagiaan adalah nama si buyung ..... Itu sungguh orang beruntung salatiga jaman bujang kritis

MATA INDAH MATA SAPI (puisi)

Image
Masa kecilku di Kampung Baru Kalitaman Salatiga. Sebelah kiri bekas rumahku, sebelah kanan Pak Dhe - Bu Dhe Sastro, depannya Mak Klumpuk, depan rumahku Pak Ngasri - Bu Warti. Di gang itulah bersemayamnya hakekat kenangan puisi ini. Gang yang se- perti abadi. Ini poto 2015. Tak ber- ubah sejak 40 tahun lalu. Terkenang dulu kamu Ndulang ponakanmu sore itu Rok kembang abang ayu Bandhomu oh, biru Hak ... Hak ... Aemmm Seraya jakun mak cleguk Kalo aku, nasi thok-thok pun mau Kalo yang ndulang kamu Terkenang yang dulu itu Nostalgia cinta belum seruwet masa kini Tak perlu ngerti 'murni' Namun terasa sampai ulu hati Nyeri yang manis-manis geli Ataukah naif ? Ataukah dungu ? Atau kasih yang membersit kala Di benak terpatri hanya Mau dolanan sayang saja Begitu itu Kawan Terkenang dulu kita Masih monyet-monyet belaka Alam pikiran serupa kacang, pisang Dari dahan ke dahan bergelantungan Tak perlu konseptualisasi Tak perlu sakralisasi

KOTIMAH

Kotimah (semoga aku tak keliru ingat nama) adalah nama salah satu remaja perempuan di Kampung Ampera atau juga disebut Barak (Sosial). Di situ bersama sejumlah teman aku pernah memfasilitasi kegiatan belajar luar sekolah di dalam wadah Arena Belajar Bebas RUMAH BAMBU. Sekilas kegiatan Rumah Bambu di Kampung Ampera bisa disimak di sini  https://www.youtube.com/watch?v=ZlA-NiGH5hA Hitam manis kenceng lencir. Matanya nakal-nakal nyalang. SD keluar, sekarang paling 15. Kalau tidak memulung, ngamen. Kalau tidak melacur, mencuri. Ngerti duit, mikir duit. Belum matang, dipaksa gaya dewasa. Tetep aja kanak belaka. Walau kalau sudah main suka lupa, Kotima rajin juga. Sering menimba. Dan larinya kencang. Ngarang cita-cita klise ; jadi dokter.