RETROSPEKSI - romantika dan hal lain (puisi)

Mencari Sesuatu Sekaligus Menemukan Sesuatu,
Didot Klasta
Pohon pepaya itu aneh.
Jarang buahnya.
Pohon cabe lebat.
Dekat jendela dan pedas.
Ada layangan putus !
Jatuhnya di dahan-dahan mangga.
Anak-anak miskin berebut naik.
Tapi bukan lomba panjat pinang.
Tapi hujan lalu tiba-tiba.
Deras dan atap seng berisik.
Air menyembur-nyembur.
Dari mulut talang hijau kusam.
Lewat parit menyusur dadap-dadap.
Pelataran semen jadi genangan.
Bungkus permen adalah kapal perang.
Daun kering adalah kapal induk.
Sampai sore pertempuran laut tak selesai-selesai.
Hujan petir.
Dewa bertempur tak selesai-selesai.
Tukang bakso jongkok merokok.
Pipa kuning di tritisan samping.
Semua orang mati.
Dalam tidurnya aku hidup sendiri.
Dalam makrokosmos seluas mangkok miwon.
Di teras baksoku berkepul.

Perut hangat.
Bibir merah.
Muka aneh tapi asyik.
Muka asyik tapi aneh.
Bulir keringat bertumbukan dengan butir air tempias.
Ini nyaman sekali.
Aneh tapi asyik.
Asyik tapi aneh.
Dan ia lewat berpayung kuning.
Kulot ada bordir dakocan.
Jalan kecipak menuju warung Bu Tardi.
Aku ingin tersenyum.
Tapi penthol bakso terkulum.
Dan ia tetap tersenyum.

Tentang senyum ...
Negri ini sekarang reformasi.
Lalu ada yang hilang.
Satu Demi satu.
Satu persatu berhilangan.
Susul menyusul.
Hilang lagi.
Hilang lagi.
Makin banyak lagi.
Ini reformasi yang misteri.
Dalam misteri ada ironi.
Ada gelagat hilang.
Tak tahu apa yang hilang.
Sebaliknya kita tak menemukan apa-apa.
Selain ketemu tanya :
Kehilangan APA ?
Kucemas jika :
Segala-galanya


salatiga awal 2000an, mungkin

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN