Posts

Showing posts with the label Meracau

SUGARMAN; Tentang Musisi Terkenal Yang Tak Tahu Kalau Terkenal

Image
Di suatu hari musim panas subtropis - tahun 2014 kukira, aku berdiri mematung secara canggung di salah satu arkadia pusat kota pelabuhan Fremantle sambil menghembuskan asap tembakau lintingan murah dengan digelayuti rasa senewen oleh kegagalanku untuk pandai berbahasa Inggris, untuk sukses secara profesi dan keterkenalan, intinya untuk menjadi diri sendiri. Aku sedang beristirahat dari pekerjaanku membuat cetakan kerajinan tanah liat di sebuah toko yang menjual aneka kerajinan, barang eksotik dan krim perawatan kulit organik milik seorang imigran dari eks Cekoslovakia yang bapaknya berteman baik dengan Vaclav Havel, demi upah barang 15 dolar per jam. Tak banyak orang lalu-lalang. Satu dua lewat secara bergegas individualistik. Bau dupa yang menyelinap di tengah realita negeri industri maju membikin suasana jadi agak surealis. Dari dalam toko yang sekaligus bengkel kerja terdengar alunan musik yang belum pernah kudengar sebelumnya dan langsung merenggut telingaku. Sambil terus mengi

SUATU SISTIM BERNAMA SETYO NOVANTO (racauan)

Image
Pada sistim yang senantiasa memunculkan monster rakus sangat berkuasa semacam Setyo Novanto Papa Minta Saham, ironisnya kita juga senantiasa berharap, bahkan meratap, akan munculnya ksatria. Ya, ini sistim yang punya kemampuan melahirkan kebangsatan dan sekaligus kemanusiaan. Kelemahan sistim ini adalah; kebangsatan punya apa saja yang dibutuhkan untuk berkuasa. Terutama adalah kualitas kebangsatan itu sendiri. Sedang kemanusiaan sepanjang jaman terseok-seok karena hubungan kuasa-menguasai bertentangan dengan hakekat sifatnya. Dan jaman pun bergerak terus makin maju, termasuk ilmu kebangsatan, meninggalkan ilmu kemanusiaan yang kebingungan, seakan tidak kompatibel dengan 'tuntutan jaman' yang digerakkan oleh kekuasaan.

BERBEDA-BEDA TAPI SAMA SAJA (racauan)

Image
Warna Sari Jajanan Moderen Dalam Msyarakat Tradisional Beberapa hari lalu saya menemukan suatu pemikiran cukup menarik di internet, yang mengetengahkan pertanyaan : kenapa kita lebih menekankan pada perbedaan? Kenapa kita lebih terobsesi dengan hal-hal perbedaan? Yang satu bersemboyan : perbedaan itu indah. Yang satunya berslogan : kamu berbeda maka kamu laknat. Bertolak-belakang, namun kedua-duanya sama-sama fokus pada perbedaan. Banyak hal indah sungguh-sungguh muncul dari penganut indahnya perbedaan. Tapi menurut saya lebih banyak lagi hal luar biasa tidak bermutu muncul dari aliran laknat-melaknat lantaran beda. Mulai dari luar biasa bodohnya - setidaknya naif, hingga luar biasa sadis-barbarnya. Saya cenderung lebih percaya bahwa titik tolak hubungan antar manusia yang lebih asyik adalah : persamaan. Inilah sebabnya kenapa saya berhubungan dengan manusia lain. Karena sama-sama manusia. Saya ingat sekali pada suatu hari delapan tahunan lalu mendapat peluang emas untuk kenal

KAMPUNGNYA UNYIL (racauan)

Image
Mengelu-elukan Super Hero. Didot Klasta 10 Nopember adalah hari pahlawan, dan pada hari pahlawan ini kabar-kabar berseliweran bahwa Sarwo Edi Wibowo akan dipahlawankan. Kok bisa? Mungkin sebab komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (Kopassus tempo dulu) ini patriot pembela bangsa dan negara. Ya, ada kudengar konon dia mengatakan pada Lik Permadi 'penyambung lidah Sukarno' (Sukarno sendiri adalah 'penyambung lidah rakyat', jadi bayangkan ....) bahwa 50 tahunan lalu 3 juta komunis dibunuh atas perintahnya. Ada kubaca pembasmian ini sebab komunis mengancam keselamatan bangsa dan negara lewat pemberontakan khianat sangat jahat bernama 'G-30-S/PKI'.

BERJALAN DALAM TIDUR #1 (racauan)

Image
SleepWalking For Nothing, didotklasta Ketika malam tak lagi mengandung ratap jengkerik, air pasang, rapat persekongkolan, rembulan dan getaran erotis, melainkan telah dikendalikan sistim hari-hari yang sugestinya akan kejahatan paling otomat dan mekanis ... Tak ada kecemasan lebih mencemaskan dari situasi terkini sebuah kamar yang merupakan salah satu dari seribu kamar yang sama dalam sebuah gedung instansi misterius; kegelapan sistim rahasianya sepekat hati manusia kontemporer dan usia sistim berkelanjutannya setua niat-niat busuk adam-hawa. Itu malam yang tak mungkin dikenali di atas ambang sadar. Mereka tak mungkin bisa melihatnya, karena mereka terjaga selalu oleh penyangkalan terhadap segala ketidakmasukakalan yang mereka lakukan dalam keterlenaan. Sesungguhnyalah itu adalah malam 1001 malam yang melampaui petualangan Sinbad. Mereka tak bisa, tapi Ia bisa … Sebab Ia; Teror, adalah insomnia ataupun tidur yang berjalan-jalan dengan bentuk menyerupai motor besar tanpa suara

AKU ADALAH KEBUSUKAN (puisi, racauan)

Image
Puisi yang saya bacakan saat pembukaan pameran saya 'THEY KILLED THEM', pembasmian komunis di Indonesia 1965, seri ketiga di Moores Contemporary Art Gallery, Fremantle Perth Australia Jumat 16 Januari 2015. Penampilan ini merupakan kolaborasi dengan SinLex electrosoundmachine. Poto karya silahkan ditengok di  http://www.didotklasta.com/work-karya/#/art-projects-on-65/ Aku datang dari segelap-gelapnya kegelapan. Kedalaman relung-relung dingin, lembab, busuk … hati manusiamu. Aku menggerogoti jiwamu. Bercampur darah hitam terbakar merah. Menggelegak … Berbuih … Mendidih … Berkobar ... Panas menjalari pelosok tubuhmu. Jadi gumpal-gumpal api di kepalan tangan-tanganmu … Angkara Aku datang dari segelap-gelapnya kegelapan. Menjelma orang-orang bermata buas. Di atas truk-truk hitam tak dikenal dengan geram mesin bagai seringai mimpi buruk terjaga nanap. Mendatangi mereka di tengah malam jahanam. Berangkat dalam diam menuju ide-ide kekerasan di kepalamu. Dan mereka berdoa pada tu

PERCAKAPAN SUNTUK (racauan)

Orang-orang nongkrong di warung nasi rames sebelah bengkel tambal ban sepeda di bawah pohon kelengkeng mandul ini tak lagi bisa marah pada nasib yang tak ada dan bisnis memangsa yang nyata. Bukan sebab marah tak menyelesaikan masalah, tapi sebab ada yang lebih menusuk dari marah. Kesinisan pinggiran yang mencibir dan peduli setan dan jalan terus secara nekad menggembleng digembleng kenyataan sehari-hari dengan harga beras membumbung. Dan orang-orang penting di masyarakat mulutnya makin enak buat ditabok sebab lagaknya meninjau operasi pasar seperti gumpalan kentut tambun berpakaian politisi menyeka lemak nista pada gelambir-gelambir skandalnya. Lalu tak ada jago kampung berkokok lantang di desa-desa sedang dalam proses terus makin terbunuh.

PERCAKAPAN NGUNGUN (racauan)

Makne thole meringkuk badannya menggigil kedinginan. Mau 70 tahun giginya bertanggalan rambut putih rontok satu demi satu. Jahe, vitamin C, minyak kayu putih dengan 10 ribu perak yang tak mudah. Senewen dengan Pakne thole yang dikira enggak tanggap padahal bingung begini-begitu serba salah … Yaaa dinamika cinta aki-nini … Makin sepi kian tak terperi …Yaaa cinta ya cinta … Kian tak terperi makin tak perlu arti. Sekarang kerentaan lelap diintai gunung kelam itu. Aku tak mau kehilangan sedetikpun makna terjaga. Dan banyak resiko dalam tidur. Masyarakat obat tidur berjalan dalam tidur. Melakukan hal-hal rahasia dan keji. Hingga kelelahan ditimbun makna-makna bisa jadi tanpa makna. Hujan kelelahan. Aku melihat penyanyi-penyanyi mengenang mister Boby Marley. Kemanusiaan … Cinta … Menentang … We don’t need … No more trouble …. We don’t need … No more trouble ….

PERCAKAPAN KERING (racauan)

Ahooi kepada tuhan, iblis, dewa api, komputer, japamantra, uang, cinta, demokrasi, komunisme, iklan, nuklir, filsafat, seks, holiwut, amerika serikat, superman, pencerahan, penulis terbesar buku sejarah, teori dan kritik sastra ... tergantung, mana yang paling hebat dan selain itu juga nyata serta tentu saja tak kalah pentingnya; gratis ... Beri aku kekuatan ajaib untuk menulis satu lagi saja puisi menyebalkan, penambah panjang litani sok dramatis akan muramnya komedi dunia dewasa ini ... Dan sialannya Saodara, tak ada maha-maha yang menggubris. Tapi pada jam tiga lebih tiga belas dini hari aku memanaskan ’sambel tumpang’ (kalian harus mencicipi masakan khas ini) yang di dalamnya ada sesiung bawang putih tanda bahwa sebelumnya sudah sekian kali dipanaskan dan sesungguhnya sudah mulai basi

CERITA NGELANGUT DI PEKARANGAN SAMPING YANG TERKELUPAS WAKTU (racauan)

Adalah suatu siang yang jauh lebih sepi dari biasanya yang memang juga sudah biasa sepi, sebab kali itu sebagian besar penduduk kampung Bruk sedang pergi ke rumah ibadah satu-satunya yang ada di pinggir Timur lapangan depan balai desa, yang dengan demikian menjadi tempat beribadah semua orang dari sejumlah kampung di sekitar situ tanpa peduli agamanya apa. Seorang anak perempuan sekitar 5 tahunan sedang tekun bermain tanah dalam diam di samping rumah yang teduh dipayungi kerindangan pohon sirsat bersama kembang sepatu, kupu gajah, sarang laba-laba, dan seorang anak lain yang sesungguhnya tak benar-benar ada; laki-laki 7 tahunan, keriting, berkulit hitam dan tanpa nama. Ibunya sejak tadi di kamar saja, tanpa suara, entah apa yang dia lakukan, aneh. Bapak dan satu-satunya saudaranya, yaitu kakak laki-laki yang agak punya persoalan kejiwaan, juga pergi ke rumah ibadah seperti yang lain. Ada seorang tokoh ibadah dari kota besar jauh yang datang dan ia memang sudah dinant

SATU BABAK RSJ PEDURUNGAN

Image
Racauan ini berbahan-baku pengalaman waktu aku masuk rumah sakit jiwa menjelang akhir tahun 90an. Brain Mapping Kalo sudah jam delapan malam pintu kamar dikonci dari luar. Kamar itu berisi enam tempat tidur. Bentuknya sama. Selalu ada lemari kecil pada masing-masingnya dengan satu kursi plastik. Dan spreinya putih semua, seperti halnya selimutnya lerek-lerek, tapi ada yang lereknya merah dan ada yang biru. Selimutku lereknya biru. Aku tak bisa tidur. Game Watch Tetris rusak, tadi dibanting kawan sebelahku. Hanya ada pendaran lampu neon dua puluh watt yang berdengung. Nampaknya semua sudah pada tidur. Nampaknya tinggal aku seorang yang nyalang. Tapi kenyalanganku adalah semacam tiada pikiran. Cuma menatap-natap saja ke mana saja. Ooo … begini tho; tidak (bisa) berpikir itu … Tapi ! Perasaanku jalan. Memang tatapanku tak (bisa) lalu berproses di nalar; bahwa itu jendela, bahwa jendela itu ada teralinya, bahwa lima orang yang lain ini mengambil posisinya sendiri-sendiri

MIMPI BUSUK

Image
Mimpi Buruk Adalah Kenyataan Teror melirik jam dinding di sebelah kiri, 23.05. 25 menit lagi ia telah membikin janji dengan seseorang untuk bertemu. Namun ketika ia meraih jaketnya tiba-tiba Teror limbung, kepalanya berkunang-kunang dan keringat dingin membasah di dahi, kuduk dan punggungnya. Jatuhlah ia, pingsan. Sekian waktu kemudian Teror siuman. Dengan macam orang ling-lung ia bangkit berdiri secara mengeliat. Dari jendela yang tak bertirai tak dapat disimpulkannya bahwa hari masih pagi atau sudah tak pagi lagi. Yang jelas ia merasa sangat kegerahan dan kekeringan dan membayangkan balok-balok es raksasa bertimbun-timbun di situ, tanpa sadar benar bahwa : balok-balok es adalah kaca pembesar para petugas biro intelejen di kompleks ini yang masuk diam-diam seperti belut ke dalam rongga tangan kanan. Kaku. Tulang-tulang tangan kanan matilah kedinginan.  Balok-balok es adalah mata pelajaran padepokan masa lalu yang melekat diam-diam seperti lintah di telapak kaki kanan. Kaku. Ti

PULANG KEMANA

Usianya sudah tak muda lagi, tapi Teror belum berkeluarga, dan keluarganya yang 'lama' (di)habis(i). Dan sekarang Teror sedang terdampar dalam sesuatu keramaian Hari Raya Agama yang tidak menyentuh-nyentuh hati amat serta penuh dengan orang-orang mengunjungi keramaian itu namun dengan maksud-maksud yang lain dan maksud-maksud lain itu tak lain adalah semacam sebutlah; kebusukan hati dunia yang tak berujung pada kebahagiaan. Namun tak masalah baginya dengan berbagai hati dunia busuk-wangi; Teror di situ, karena ia sudah kepala tiga lebih beberapa dan sebatangkara. Teror pun sedang berada di tempat pinggiran saja dari keramaian itu yang berantre mobil-mobil.  Dengan uang tak seberapa, nongkrong makan namun bukan sebab lapar, melainkan sebab ingin benar Teror berbagi. Ini bukannya warung makan dengan waitress, “Sugeng Rawuh …” , cuma sebuah meja kecil dengan panci-panci, tenggok nasi, setumpuk daun pisang, tikar, anglo, teplok, duduk lesehan ... Nasi srundeng, lodeh kluwih.

ORANG MALANG

Karena bertahun-tahun lalu aku mengalami sebuah situasi yang sangat menekan, aku jadi lupa dengan nama pemberian orangtuaku. Maka sejak itu kunamai sendiri diriku Kosong. Demikian sedikit sekali informasi mengenai siapa aku. Jadi setidaknya kalian tahu bahwa aku adalah Kosong. Aku tinggal di sebuah rumah kecil pinggiran kota kecil yang berjarak hampir lima puluh kilo dari sebuah kota besar, sendirian. Umurku … ini juga termasuk hal yang aku lupa. Tapi kalau aku bertanya pada seseorang mengenai dugaannya akan umurku, kebanyakan akan mengira-ngira kurang-lebih 40an. Ya kuanggap saja demikian. Bagaimana aku bisa tinggal di sebuah rumah kecil pinggiran kota kecil ini aku juga lupa. Pokoknya aku bangun pagi (tapi tanpa merasa baru saja melalui tidur yang amat panjang), tahu-tahu di tempat ini, dan sendirian. Yang berikutnya kurasakan setelah kebingungan adalah lapar.

NENEK KITA BERBEDA-BEDA

Di kota-kota maju-hingar yang tak punya nenek-nenek lama dari rumah-rumah tua minggir jauh di pelosok sunyi tak punya ketahanan ekonomi bahkan ambruk, selalu ada nenek renta memakai kain bau lumpur tanpa alas kaki dan lumpur menyelip di sela-sela jari kaki megarnya. Datang dari desa-desa yang samar dalam remang kabut dini sebelum subuh. Terbongkok-bongkok menggendong tenggok di punggungnya penuh dengan bongkah-bongkah tumbukan singkong rebus, tanpa sistim transportasi. Dulu kanak pengungsi perang, sekarang pengungsi ekonomi. Sepanjang pagi nenek renta desa-desa yang samar. Tak pernah punya Rolex emas berkarat-karat, adalah laksana waktu abadi. Di depan toko mas 'PETRUK' itu, atau di mana saja, adalah tak di mana-mana. Jongkoknya kelu-sepi, nyaris seperti tidak menunggu apa-apa. Tak juga menunggu; datangnya politik kota akan menderma kesejahteraan sosial namun membelok ke ruang parkir eksklusif bertulis : khusus mobil mahal. Tentu ada nenek pula di situ!

ORANG LUAR KOTA

Musim hujan, bulan ini, derai-derai air gencar. Ini kota tua kecil di kaki gunung misterius yang telah mati beribu tahun lalu dan terkadang orang mempercakapkannya jika tiba-tiba si misterius itu aktif lagi; Pompei kedua. Mendung selalu menggantung dari pagi hingga pagi lagi. Matahari tak pernah nampak dengan gairahnya yang membara, panasnya tak terasa. Hawa dingin membikin kulit tubuh seperti berkerut, mengkisut. Tanpa kerja apa-apa sekalipun, pastilah sebongkah kalori dari tiga piring nasi pun lekas habis untuk metabolisme penghangatan dalam. Dan aku adalah pengangguran. Dan apa hubungannya? Tentu saja ada. Ini kota berjuluk kota pensiunan. Orang-orang uzur dimana-mana, sanatorium bergaya tahun 20an – banyak yang bilang angker sebab arwah-arwah gentayangan dari mereka yang binasa dirajam TBC, produksi tradisional nyaris tak pernah berubah, surat kabar nyaris tak laku, tembok-tembok tua penuh lumut dan seakan bergoyang jika angin menghempas, percakapan cina-cina tua duduk-duduk di se

MURAMNYA PERUBAHAN SOSIAL

Kami berdua seperti biasa sedang duduk-duduk menikmati suasana sore yang dingin dan senyap di kota tak bernama ini sambil menikmati hangat-pedasnya wedang ronde-sekoteng dan kelezatan lumpia isi rebung yang kata orang-orang punya khasiat dapat menambah gairah dan kekuatan berahi, tahu maksudku ? Kedai dimana kami membuang waktu terletak di sebuah pertigaan yang cukup ramai. Bioskop berumur hampir 50 tahun yang tinggal menghitung hari untuk gulung tikar. Toko kelontong dengan penjaga tua muram terkantuk-kantuk dan pemiliknya seakan tak peduli lagi apa ia memang punya toko atau tidak. Supermarket yang sama sekali tidak super. Gardu listrik penuh corat-coret umpatan terhadap situasi-kondisi. Penjual martabak yang dulu pernah sangat laris, ini, itu … Dapat dikatakan merupakan daerah pusat kota tak bernama ini. Tetapi yang dimaksud dengan ‘cukup ramai’ dan ‘pusat kota’ adalah tak seperti itu benar, karena yang dimaksud dengan ‘sepi’ adalah lebih sepi dari yang orang-orang bayangkan, dan ya