BERJALAN DALAM TIDUR #1 (racauan)

SleepWalking For Nothing, didotklasta
Ketika malam tak lagi mengandung ratap jengkerik, air pasang, rapat persekongkolan, rembulan dan getaran erotis, melainkan telah dikendalikan sistim hari-hari yang sugestinya akan kejahatan paling otomat dan mekanis ... Tak ada kecemasan lebih mencemaskan dari situasi terkini sebuah kamar yang merupakan salah satu dari seribu kamar yang sama dalam sebuah gedung instansi misterius; kegelapan sistim rahasianya sepekat hati manusia kontemporer dan usia sistim berkelanjutannya setua niat-niat busuk adam-hawa.

Itu malam yang tak mungkin dikenali di atas ambang sadar. Mereka tak mungkin bisa melihatnya, karena mereka terjaga selalu oleh penyangkalan terhadap segala ketidakmasukakalan yang mereka lakukan dalam keterlenaan. Sesungguhnyalah itu adalah malam 1001 malam yang melampaui petualangan Sinbad.

Mereka tak bisa, tapi Ia bisa … Sebab Ia; Teror, adalah insomnia ataupun tidur yang berjalan-jalan dengan bentuk menyerupai motor besar tanpa suara tanpa pengendara tanpa bahan bakar bergerak sendiri dengan telanjang dengan alat-alat kelamin sebagai asesoris menghiasai bodi full modifikasi dan alat-alat kelamin ini saling memperkosa secara stabil dan kontinyu seperti keluar-masuknya seker.

Sepanjang jalan, selain lalu-lalang yang nihil Teror melihat kekejaman dan keculasan tepat di dasar lubuknya. Itu adalah bentuk menyerupai seseorang kenalan lama yang ingatan tentangnya telah terkubur dengan berdarah. Dan kenalan kita sedang bangkit lagi, bergerak lagi keluar dari gorong-gorong saling-silang labirin menyimpul di sentral kemaluan kita yang letaknya pada daerah tak bertuan otak kecil.

Ia menggelinjang dan menggerinjal oleh kesakitan, kepahitan, kepedihan peka yang amat sangat yang tumbuh terus-menerus, membesar, mematang, menua, mati, benih baru meneruskan siklusnya. Siklus yang menggumpal sebagai kekuatan mampu menguasai apa saja, sebut saja keju kebencian dari ASI cinta.

Ia gumpalan berontak dari penciptaan Allah mereka, tak percaya dengan Eden, lalu menyelinap pergi lewat sembilan lobang Iblis, masuk dalam sebotol minuman keras seorang pemabok tak lagi punya khayalan tentang keyakinan, kepercayaan dan kenyamanan yang lebih konkret dari ilusi dan terhukum jadi antagonis roman dunia yang penuh dengan hujatan akan keharaman dari mabok.

Dan bersemayamlah di situ, gang nomer 13, jalan buntu antara kesia-siaan dan imaji instrumental. Ia pun menghunus kekejian, mencegat kekejian yang melangkah pulang secara busuk, dari pesta hubungan antar manusia. Imoral.

Begitulah … Sesungguhnya para pemabok tak ingin jadi apa-apa lagi. Juga tak ingin apa-apa lagi. Minum-minum sampai pagi lalu tidur dan bangun saat berita tengah malam; hiruk-pikuk monoton beberapa negara runtuh untuk diganti bentuk-bentuk monoton yang sama, beberapa lagi menjajah dan dijajah, beberapa lagi tidak jelas … beberapa lagi cuma bisnis … beberapa cuma proyek egosentrisme … kebanyakan reifikasi penguasa dan fetis kekuasaan … Hiruk-pikuk monoton.

Tak kaget dengan perubahan karena tak ada yang berhasil berubah, para pemabok meneguk dengan perasaan antara tak menentu dan tertentu. Terus merokok dan merokok, tiap setengah batang ganti yang baru, pandangan ke arah tanpa arah. Itu hanya obyek-obyek pengalihan belaka; dari segala ketakutan ?

Ada yang ditunggu-tunggu dan belum datang-datang juga. Bingung, cemas, penasaran, bosan, geram. Yang dimaksudkan para pemabok adalah Merpati, sebagaimana Ia memperkenalkan diri. Dan namanya Manis. Ada filem tentang merpati yang tak pernah ingkar janji. Lantas ada apa gerangan ? Celakakah ? Tak mungkin. Merpati Manis adalah selalu orang yang baik. Itu mirip merpati putih. Dulu pernah berpacar seorang pendekar Merpati Putih. Manis dan baik hati. Orang manis dan baik jauh dari celaka. Lalu apa ? Apa yang terjadi ?

Entah sudah semabok apa lagi ? Ini sudah menjelang pagi. Tak cuma puntung-puntung menjejali mulut asbak, malahan bungkus-bungkus rokok berserakan di kaki meja. Dan tiga botol pecah; ujungnya yang tajam ada merah, darah pelipis robek. Sungguh menunggu adalah anxietis nervousis.

Di kedai itu tinggal Ia seorang pengunjungnya. Kepala sudah terlampau berat untuk disangga. Menggelosor berbantal lengan kiri. Lengan yang kanan terjuntai, berayun seperti bandul jam ; tik tok tik tok tik tok ... Gelas terguling. Pemilik kedai di balik meja bar. Menelungkup dan mendengkur. Tapi Ia selalu mendengar jika ada seruan untuk botol selanjutnya.

Jika cuma suara langkah kaki, akan terbangunkah ? Demikian rencananya. Buat apa membayar untuk kemabokan remeh ini ? Pergi saja diam-diam. Ah … Rencana pengecut ! Pemabok pengecut adalah pecundang ! Jika mati masuk neraka ! Neraka yang paling neraka, sebab di sana minuman keras dilarang ! Sebuah rencana pemabok adalah selalu rencana besar. Rencana besar adalah selalu rencana yang bernyali. Nyali adalah tak memandang hidup terlalu tinggi. Dingin. Jadi gunakan rencana B. Rencana sebuah belati Swiss.

DidotKlasta
Salatiga, pertengahan 2000an

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN