Posts

Showing posts from October, 2015

AKU, MEMBACA DAN MENULIS (kenangan terindah)

Image
Aku suka menggambar sejak sebelum masuk SD, itu awal 70an. Aku suka berteater sejak masuk kelompok teater di kampus, itu setelah setahun aku jadi mahasiswa; akhir 80an. Aku suka bermusik sejak mulai belajar main gitar, itu juga akhir 80an. Dan sejak kapan aku suka menulis? Aku putuskan saja bahwa awal kesukaanku menulis adalah ketika aku mulai menulis puisi dengan cukup serius. Sebelumnya aku lebih dahulu suka membaca puisi yang ada di majalah Kawanku dan Hai. Selain itu aku suka membaca cerita pendek, cerita bergambar, artikel pengetahuan populer hingga berita, khususnya olah raga. Melengkapi majalah Kawanku, Hai dan Bobo, di rumah masa kecilku dapat dikatakan ada seribu satu macam bacaan; Album Cerita Ternama, Kuncung, aneka komik silat dan super hero, Donal Bebek, Eppo, serial pengalaman Dr. Karl May, majalah bulanan Korpri – Krida, aneka majalah ‘wanita’, buku-buku inpres untuk perpustakaan sekolah, Api Di Bukit Menoreh dan koran Kompas serta Suara Karya.

BELENGGU! (puisi, naskah)

Naskah untuk presentasi hasil workshop teater pendidikan kritis di Kampung Krajan Salatiga dengan partisipan anggota Teater Angka Nol Kampung Krajan dan Teater Kalangan serta difasilitasi oleh DidotKlasta Harimurti, Direktur Kalangan Kultura Media Salatiga. Belenggu! Ada yang meringkus tubuhku kaku ... Ada yang mencekik leherku sumpeg ... Ada yang membekap mulutku tak bisa bicara ... Ada yang menyumbat telingaku tak bisa dengar ... Ada yang menutup mataku tak bisa lihat ... Ada yang mengubur hatiku tak bisa merasa ... Ada yang memborgol otakku tak bisa berpikir ... Ada yang menodongku dengan remote control ... Ada yang menyirep kesadaranku ... Ada yang mengkerangkeng kemanusiaanku ... Belenggu! Ada penjara dimana-mana ... Penjara di sekolah-sekolah ... Penjara di kantor-kantor ... Penjara di super market ... Penjara di televisi ... Penjara di upacara resmi ... Penjara di pabrik-pabrik ... Penjara di nasehat-nasehat ... Penjara di sidang-sidang ... Penjara di kotbah-kotbah .

LAGU UNTUK WOODY (Bob Dylan)

Image
Salah satu lagu dalam album pertama Bob Dylan ini (Bob Dylan, 1962) adalah tribut untuk musisi folk balada Amerika Serikat Woody Guthrie yang karya-karyanya penuh dengan komentar sosial politik dan mengangkat kaum bawah - rakyat biasa - kelas pekerja. Meskipun liriknya berbeda, lagu ini memakai tune dari salah satu lagu Woody Guthrie, 1913 Massacre. Woody Guthrie, musisi folk AS yang sangat sosial-politikal kerakyatan Jauh jauh dari sini Ku jauh ribuan mil dari rumah ini Menapaki jalan panjang Tempat manusia telah bertumbangan Kulihat duniamu, tentang orang-orang dan segala sesuatu Ada kaum petani, kalangan jelata Ada Pangeran-pangeran dan Raja-raja Hoi Woody Guthrie Kubikin tembang buatmu Tentang dunia lama yang lucu Dan kini masih saja ada Nampak sakit, lapar, lelah dan berduka Nampak sekarat, beban berat dipundaknya Hoi Woody Guthrie

DIGDO PERGI KE JOGJA (tulisan pengantar pameran)

HOREEE!!! Lama tak jumpa, tahu-tahu Digdo bertunggal ria! Dulu kalau mampir dan melihat lukisan berjubel di rumah sempit itu aku sering mendorongnya untuk berpameran tunggal. Setidaknya memasang ‘Galeri Kontemporer The Digdos’ di depan rumah pas berjejer dengan ‘terima servis elektronik’ kakaknya. Dia cuma senyum ogah-ogahan berkaos singlet khusyuk menghitung hasil jualan telor sehari itu yang harus langsung disetor ke juragannya. Dan pembicaraan pun berganti gosip seputar senirupa lokal atau sok nyambung dengan gelegar senirupa nasional. Atau malah tak dinyana tetangga yang problem datang membawa anggur kolesom dan kamipun menggombalkan hal-hal lebih konyol lagi ditemani makanan kecil yang disuguhkan ibunya. Aku kenal Digdo tahun 2008, ketika empat perupa Salatiga mengajakku membikin gebrakan di Surakarta. Bukan gebrakan pada dunia senirupa, tapi tepatnya tendangan di pantat kami sendiri untuk keluar sarang. Satu diantaranya ya Digdo ini. Sejak itu kami jadi berteman, apalagi dia s

MAJIKAN-MAJIKAN PERANG (Bob Dylan)

Image
Dari lagu Bob Dylan, Masters Of War dalam album Freewheelin' (1963) Aksi anti perang oleh veteran (perang) Vietnam. "Kami tak sudi (lagi) bertempur untuk perangnya Kaum Kaya." AS, 1970an. Hallo majikan-majikan perang Kau yang mencipta persenjataan Kau yang merancang pesawat kematian Kau yang membikin semua bom Kau yang sembunyi di balik dinding-dinding Kau yang mengelak di balik meja-meja Ku hanya ingin kau tahu  Aku dapat melihatmu menembus topeng itu Kau yang tak pernah membangun apapun Tapi menghancurkan apapun Bermain-main dengan dunia dan hidupku Seperti bermain dengan mainan-mainan kecilmu Kau letakkan senjata di tanganku diam-diam Dan berlari sejauh-jauhnya saat peluru melesat Seperti Yudas syahdan,

MARI KITA!!! (puisi, konsep koreografi)

Konsep yang kubikin buat adikku dalam rangka lomba tari antar SMP se Salatiga dengan tema 'Revolusi Mental' :) 3 bulanan lalu > mentalmu itu lho. (Dan juara) Tari berpasangan, campur tradisi – kontemporer (mungkin tambah kayak breakdance?) dengan narasi yang disampaikan secara gaya ngerap (dibawakan lipsinc bergantian / playback). Kostumnya pakai topeng buto? Pakaian hitam-hitam untuk bagian luar, di dalam pakai atas merah dan bawah putih. Mahkota dari duit kertas (potokopian), atau kalung. Kembangkan sendiri. Nanti pas 'Bagian 3' kostum hitam-hitam dicopot, juga mahkota / kalung dan topeng. Bagian 1. Gambaran kekacauan Indonesia Indonesia Indonesia Sudah sekian lama negri kita full problema Jaman gila Jaman gila Kalau tak menggila Tak dapat apa-apa Korupsi merajalela Dari petinggi ibukota Sampai bawahan di desa-desa Penjahat jadi pejabat Penipu jualan ayat