DUA ORANG MIRING MENDISKUSIKAN SESUATU (cerpen)


Omong Kosong Sehari-hari, mix material
di kertas, DidotKlasta, 2015.
“Dia itu miring.”
Ia letakkan lagi gelasnya yang sudah mau ditenggak, menunggu omongan temannya lebih lanjut.
“Dia suka cerita macam-macam yang omong kosong, gombal, bahkan tak masuk akal. Waktu katanya ia di kota besar dan katanya kerja di bisnis sinetron, katanya dia pernah bercinta dengan seorang selebritis yang belum lama ini cerai, maksudnya melakukan hubungan seks … Ngibul macam beginian mau gua … Wek Wek Wek … Katanya waktu dia masih sakti dia pernah bisa menghilang. Bayangkan, hilang! Kayak uang saja … Wek Wek Wek … Terus katanya dia adalah anak tak resmi dari salah seorang mentri. Mentri agama kaliii … Wek Wek Wek … Belum lagi, katanya dia sebetulnya agen rahasia di badan intelejen negara. Agen rahasia yang sedang buka rahasia … Wek Wek Wek … Oya, katanya dia pernah lama tinggal di Kutub Utara ... Mungkin enggak kerasan soalnya dia hobi nongkrong cuma pake kolor … Wek Wek Wek … Dan yang baru-baru ini; katanya dia bisa tahu kapan datangnya hari kiamat! Kiamat coy! Kita harus segera menyembahnyaaaa … Dan tak kalah konyolnya; katanya dia reinkarnasi dari seorang kaisar mashur jaman baheula. Kasihan deh paduka kaisar yang baheula … Reinkarnasinya jadi ancur gitu … Wek Wek Wek … Dasar miring.”

“Ah … Paling dia cuma bercanda.”
“Makanya kubilang miring, sebab dia mengatakan semua kebohongan itu dengan serius.”
“Atau kau yang menanggapinya serius?”
“Sungguh, dia itu serius. Tentu aku bisa membedakan antara main-main dan serius.”
“Mana bisa ? Buktinya kau tak bisa membedakannya? Sudahlah …”
“Kau tak percaya omonganku? Apaaa … Jadi malah aku yang kau anggap miring? Begitu?! Begitu?!”
“Lho … Lho … Wah, memang benar kan? Kau tak bisa membedakan …”
“Tidak, tidak! Ini serius aku … Kau pikir aku miring ha?!”
“Hmmm … Kalau kau miring, kenapa pula aku buang-buang waktu menanggapi omonganmu?”
“Bisa jadi! Jika kamu juga miring!”
“Apa?! Kau bilang aku miring?!”
“Lha kenapa pula kau bilang duluan kalo aku miring?!
“Wek Wek Wek … Aku miring, kau miring … Dua orang miring lagi adu kemiringan … Wek Wek Wek …”
“Dan dia; yang dianggap miring itu, sedang mentertawai kita sambil berkata dalam hatinya; dasar orang-orang miring … Wek Wek Wek …”
“Dan tahu enggak, apa yang lebih seru lagi?”
“Apa?”
“Dia itu sebenarnya memang benar-benar miring … Wek Wek Wek …”
“Dan tahu enggak, apa hikmah dari semua ini?”
“Bahwa kita semua sama miringnya?”
“Bukaaan … Itu terlalu klise …”
“Apa dong hikmahnya?”
“Tak ada … Wek Wek Wek …”
“Wek Wek Wek …”
“Wek Wek Wek …”

Mereka teguk gelas bir campur congyang itu banyak-banyak, menuang lagi dan melanjutkan menyantap sate kambing sambil terus terbahak-bahak seperti bebek.


didotklasta
tahun dua ribu sekian

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN