MIMPI BUSUK

Mimpi Buruk Adalah Kenyataan
Teror melirik jam dinding di sebelah kiri, 23.05. 25 menit lagi ia telah membikin janji dengan seseorang untuk bertemu. Namun ketika ia meraih jaketnya tiba-tiba Teror limbung, kepalanya berkunang-kunang dan keringat dingin membasah di dahi, kuduk dan punggungnya. Jatuhlah ia, pingsan.
Sekian waktu kemudian Teror siuman. Dengan macam orang ling-lung ia bangkit berdiri secara mengeliat. Dari jendela yang tak bertirai tak dapat disimpulkannya bahwa hari masih pagi atau sudah tak pagi lagi. Yang jelas ia merasa sangat kegerahan dan kekeringan dan membayangkan balok-balok es raksasa bertimbun-timbun di situ, tanpa sadar benar bahwa : balok-balok es adalah kaca pembesar para petugas biro intelejen di kompleks ini yang masuk diam-diam seperti belut ke dalam rongga tangan kanan. Kaku. Tulang-tulang tangan kanan matilah kedinginan. 
Balok-balok es adalah mata pelajaran padepokan masa lalu yang melekat diam-diam seperti lintah di telapak kaki kanan. Kaku. Titik-titik akupunktur kehilangan refleknya atas kesakitan darah yang tersedot ini. Balok-balok es adalah perang dingin hubungan antar serdadu dalam barak masyarakat nonton televisi. Kaku. Percakapan terdiri dari udara-udara di bawah nol derajat, termakan, mengembang dalam perut. Masuk angin. MULAS ... 
Tinja-tinja menjadi bongkah-bongkah es pula. Ukurannya lebih kecil dari para petugas biro intelejen kompleks dan padepokan masa lalu, seperti es batu dalam segelas es cendol.
Mereka ingin keluar, namun mulut dubur telah membeku. Tertutup rapat. Ini tidak menyakitkan. Lebih sebagai rasa-rasa yang tak karuan juntrungannya. Entah, tergolong penyakit atau bukan. Atau mungkin kelainan? Tapi tidak sakit.
Dengan susah-payah karena serba kaku, apalagi tangan kiri dan kaki kiri sama sekali tak bisa digerakkan, Teror membikin air kopi dengan air mendidih panas. Panas-panas langsung ditenggak sekali habis. Bikin lagi. Dan bikin lagi. Lima gelas sudah, berkerucukan dalam perut. Ada suara mendesis dari dalam sana. Seperti dari alam lain. Sebentar lumayan hangat dan nyaman. Tapi sebentar saja, lalu dingin lagi. Lebih dingin lagi. Harus ditemukan cara agar es-es ini cair. Sebelum bisa-bisa seluruh pelosok tubuh akan dipenuhi kebekuan.
Dengan satu kaki Teror berjalan melompat-lompat. Jatuh berguling-guling dari undak-undakan teras, terus menggelundung ke pekarangan, terus, sampai menumbuk pintu pagar besi, barulah berhenti. Dengan susah-payah berdiri. Membuka pintu pagar, lalu melompat-lompat lagi menuju jalan. Mengambil arah ke Utara. Tujuan adalah perempatan besar setengah kilo lagi. Perempatan yang tak pernah tidur dan tak pernah gelap. Di sana ada sesuatu sumber panas yang jika berhasil dimasuki akan cairlah kebekuan ini.
Perjalanan pendek yang ternyata sangat-sangatlah panjang. 30 tahun menempuhnya! Menempuhnya secara melompat-lompat, dalam suatu cerita petualangan aneh bin ajaib yang tak mungkin terjadi kalau tak di negri ini.
Dan belum lagi 100 meter tertempuh, langsung kena sensur! Cerita dibekukan! Tetap dengan mata terpejam Teror kembali masuk kamar. Mematikan lampu utama, naik ke atas ranjang, menarik selimut, menghidupkan lampu baca, memakai kacamata, membuka halaman sekian dari buku berjudul itu, tak bereaksi terhadap tangan halus yang mengayunkan belati secara deras dan bertubi-tubi ke bagian mana saja dari tubuhnya : Crash! Crash! Crash! Dan seterusnya.

selesai

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN