INTERLUDE REPETISI 2

Jam 4 pagi akhir pebruari bertanda mati. Gelegar petir ternyata bukan mimpi. Terbangun dengan hujan mengelilingi. Mencari-cari ... Mencari-cari ...

Sebab dingin memakai baju jeans kebesaran - sebab lungsuran. Aku merasa aneh dan gamang. Merasa dibungkus hangatnya kesepian yang agak menyakitkan. Bersama kopi sore tadi yang tandas - cap cangkir. Tak yakin ... Apa ada orang lain ? Tak yakin ... Apa sebab perasaan akan orang lain ? Tak yakin ... Apa dipikirkan orang lain ? Tak yakin ...

Menyulut kompor, memasak air. Titik-titik susu kaleng terakhir - beberapa semut. Cumi-cumi di wajan warnanya kusam. Jiwaku lapar, napsuku muram. Mejik Jer mengelilingi. Di dalamnya orang-orang miskin - kepanasan. Aku merasa aneh dan gamang. Dalam gelap hanya api pembakaran tak sempurna. Desis air berbisik lewat mulut ceret tua. Saat mendidih terdengar menyayat. Tak yakin ... Ini hujan atau tekanan ? Tak yakin ... Buat apa terbangun kepagian ? Tak yakin ... Ada apa dengan kesendirian ? Tak yakin ...

Jam 4 pagi akhir pebruari bertanda mati. Ironi hidup ini. Kebebasan kudu dicari. Eureka-nya : masih juga penjara, penjara dan penjara.

Comments

Popular posts from this blog

WIT … WITAN PLASTIK (naskah pertunjukan)

MIMPI BURUK ROCK (gaya) INDONESIA

SEBUNGKUS PUISI-PUISI HUJAN